BOJ Gitu-Gitu Aja, Yen Jepang Menguat

Mata uang yen Jepang menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa kemarin, dan berlanjut hingga Rabu (31/7/19) pagi ini.

Pada pukul 7:18 WIB, yen diperdagangkan di kisaran 108,55/US$ atau menguat 0,04% di pasar spot, melansir data Refintiv. Pada Selasa kemarin yen menguat 0,17%.

Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) yang mengumumkan kebijakan moneter Selasa kemarin menjadi penyebab menguatnya yen. BOJ mengumumkan tetap mempertahankan suku bunga acuannya -0,1% dan kebijakan yield curve control yang menjaga imbal hasil obligasi tenor 10 tahun tetap di dekat 0%.

BOJ juga kembali menegaskan akan menggelontorkan stimulus moneter tanpa ragu jika perekonomian Negeri Matahari Terbit memburuk. Bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda ini juga berjanji akan mempertahankan suku bunga ultra rendahnya hingga musim semi 2020.

Tingkat suku bunga rendah yang diterapkan oleh BOJ telah menekan laba sektor finansial Jepang, sehingga BOJ tidak banyak memiliki banyak pilihan untuk mengatasi resesi jika terjadi ataupun untuk mempercepat pertumbuhan laju inflasi.

Meski demikian, Kuroda dalam konferensi pers mengatakan BOJ masih bisa memangkas suku bunga, menambah jumlah pembelian aset, mempercepat mencetak uang, atau kombinasi dari langkah-langkah tersebut jika diperlukan.

Tidak ada hal yang baru dalam pengumuman kebijakan BOJ, semua masih sama dengan sebelumnya, gitu-gitu aja.

Hal ini memicu spekulasi jika BOJ mulai kehabisan opsi untuk melonggarkan kebijakannya, dan hanya akan memberikan stimulus jika kondisi ekonomi semakin memburuk.

Tanpa stimulus baru, yen pun jadi perkasa, apalagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan memangkas suku bunga pada Kamis (1/8/19) dini hari nanti.

Fokus para trader forex sudah tertuju pada The Fed sejak awal pekan, bahkan data-data ekonomi AS yang dirilis Selasa kemarin tidak banyak mempengaruhi pergerakan perdagangan mata uang.

Tingkat keyakinan konsumen di AS melesat naik di bulan ini, angka indeks yang dirilis oleh Conference Board sebesar 135,7, jauh lebih tinggi dari bulan Juni sebesar 124,3. Posisi di bulan ini juga merupakan yang tertinggi dalam delapan bulan terakhir.

Departemen Perdagangan AS melaporkan inflasi inti berdasarkan belanja pengeluaran konsumsi pribadi (personal consumption expenditure/PCE) tumbuh 0,2% month-on-month (MoM) di bulan Juni dari bulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut sesuai dengan prediksi Reuters.

Sementara jika dilihat secara tahunan atau year-on-year (YoY) inflasi inti PCE tumbuh 1,6% di bulan Juni, sama dengan pertumbuhan bulan sebelumnya, tetapi lebih rendah dari prediksi Reuters 1,7%.

Inflasi inti PCE merupakan salah satu acuan bagi The Fed untuk menetapkan suku bunga. Meski demikian rilis tersebut tidak berpengaruh banyak terhadap probabilitas pemangkasan suku bunga di AS.

Data dari piranti FedWatch milik CME Group pada pukul 7:00 WIB menunjukkan pasar melihat ada probabilitas sebesar 78,1% The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 2,00%-2,225%, dan probabilitas sebesar 21,9% suku bunga dipangkas 50 bps menjadi 1,75%-2,00%.

Jika ditotal, probabilitas tingkat suku bunga acuan dipangkas (baik itu 25 bps maupun 50 bps) sudah mencapai 100%, yang berarti pelaku pasar melihat suku bunga pasti akan dipangkas, tinggal realisasinya berapa basis poin, dan yang paling penting berada kali The Fed akan memangkas suku bunga di tahun ini.

 

 

 

 

Sumber : Cnbcindonesia.com
Gambar : Republika

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *