Perang Dagang Berkobar, Ekonomi China & AS Sama-sama Loyo

Aktivitas konsumen dan industri di Amerika Serikat (AS) dan China melambat di April, bahkan sebelum dua ekonomi terbesar dunia itu memasuki fase terbaru dari perang dagang yang kian panas. Perang dagang mereka juga dikhawatirkan dapat menekan pertumbuhan global.

“Pesan sebenarnya hari ini adalah bahwa data ekonomi dari AS dan China telah mengecewakan. Mereka seperti dua anak laki-laki di kotak pasir yang saling meludah, dan hal itu bisa menjadi jauh lebih buruk,” kata Marc Chandler, ahli strategi pasar global di Bannockburn Global Forex, melansir CNBC International, Kamis (16/5/2019).

Putaran pengenaan bea masuk terbaru yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping meningkatkan ancaman dan potensi perlambatan ekonomi pada kedua ekonomi terbesar dunia itu. Trump menaikkan tarif impor pada barang-barang China senilai US$200 miliar menjadi 25% dari 10%, sementara Xi menaikkan bea masuk atas barang AS sebesar US$60 miliar.

Beberapa ekonom memperkirakan akibat kenaikan tarif impor akan ada perlambatan 0,4%-0,5% pada angka produk domestik bruto (PDB) China dan sekitar 0,1% koreksi terhadap produk domestik bruto (PDB) AS. Riset Strategas memperkirakan bea impor yang lebih tinggi akan memangkas pertumbuhan AS sebesar 0,1% untuk setiap dua bulan kenaikan tarif, atau 0,5% per tahun.

Trump juga mengancam akan menerapkan tarif impor 25% untuk barang-barang China senilai US$325 miliar, yang menurut para ekonom dapat menekan penjualan China dan membuat harga lebih mahal bagi konsumen AS. Dampak dari tarif impor itu akan lebih besar lagi terhadap PDB.

Penjualan ritel China tumbuh 7,2% pada April, namun ini adalah laju paling lambat dalam 16 tahun terakhir dan lebih rendah dari 8,7% yang tercatat pada Maret. Angka ini juga lebih rendah dari perkiraan 8,6%.

Sementara itu, produksi industri April China naik 5,4%, lebih rendah dari yang diproyeksikan 6,5% atau kenaikan 8,5% pada Maret.

“Ini adalah data bersih pertama yang kami dapatkan, dan ini mencerminkan gambaran ekonomi yang lebih muram daripada yang diperkirakan banyak orang,” kata Gareth Leather dari Capital Economics. Leather mengatakan faktor musiman bisa menutupi kelemahan pada data Maret, yang menunjukkan sedikit perbaikan dan tampaknya menjadi tanda-tanda rebound.

“Ini benar-benar menghancurkan harapan itu untuk saat ini,” tambahnya.

Penjualan ritel AS turun 0,2% di bulan April, melemah dari kenaikan yang di luar perkiraan sebesar 1,7% di bulan Maret. Penjualan mobil turun 1,1% bulan lalu, sementara penjualan di toko elektronik dan perlengkapan rumah tangga anjlok 1,3%.

Ekonom sebenarnya memperkirakan penjualan ritel akan naik 0,2%. Angka ini penting karena mencerminkan kesehatan konsumen, yang mencakup sekitar 70% dari ekonomi AS.

Produksi industri AS, yang mencerminkan total produksi di pabrik, utilitas, dan tambang, turun 0,5% setelah naik 0,2% pada bulan Maret. Output manufaktur turun 0,5%, dipimpin oleh penurunan 2,6% pada kendaraan bermotor dan suku cadang, penurunan ketiga dalam empat bulan terakhir.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *