Bank Sentral China Pangkas Suku Bunga, Bursa Asia Lesu

Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Senin (21/8/2023), setelah diumumkannya suku bunga pinjaman terbaru dari bank sentral China (People’s Bank of China/PBoC).

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,29% dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,6%.

Sedangkan sisanya melemah. Indeks Hang Seng Hong Kong merosot 0,85%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,18%, Straits Times Singapura melemah 0,25%, dan ASX 200 Australia turun tipis 0,08%.

Dari China, PBoC memutuskan untuk memangkas hanya salah satu suku bunga pinjaman acuan (loan prime rate/LPR) pada hari ini. PBoC hanya memangkas LPR tenor 1 tahun yakni menjadi 3,45%, dari sebelumnya sebesar 3,55%.

Pemangkasan LPR 1 tahun ini masih lebih tinggi dari ekspektasi pasar yang memperkirakan LPR 1 tahun PBoC menjadi 3,4%.

Namun, untuk LPR tenor 5 tahun masih tetap di level 4,2%. Padahal, pasar memperkirakan LPR 5 tahun juga dipangkas menjadi 4,05%.

PBoC melakukan pemangkasan LPR dengan hati-hati untuk meredakan kekhawatiran di sekitar China yang saat ini melanda pasar keuangan.

Sebelumnya, PBoC mempertahankan LPR pada Juli lalu. Setelah Tiongkok mencatatkan deflasi sebesar 0,3% (year-on-year/yoy) pada Juli lalu, publik pun kini menunggu kebijakan apa yang akan dilakukan PBoC untuk mengerek konsumsi masyarakat China.

Terlepas dari sifat konservatif pembuat kebijakan China, kecenderungan pasti untuk langkah yang lebih besar dan pemotongan lebih lanjut di bulan-bulan mendatang. Namun, risikonya yakni makin melemahnya mata uang China.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas melemah sejalan dengan pergerakan Wall Street pada akhir pekan lalu, yang juga secara mayoritas melemah.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik tipis 0,07%. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite ditutup melemah. S&P 500 turun tipis 0,01%, sedangkan Nasdaq melemah 0,2%.

Pelemahan yang dicatat Wall Street pekan lalu terjadi setelah serentetan data ekonomi yang kuat menyebabkan investor memutar kembali ekspektasi penurunan suku bunga dan mendorong penurunan imbal hasil (yield) Treasury AS.

Yield Treasury AS tenor 10 tahun turun dari level tertinggi 10 bulan setelah sempat mendekati level tertinggi sejak 2007 pada Kamis lalu.

Risalah dari pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) edisit Juli yang dirilis pada Rabu juga menunjukkan sebagian besar pembuat kebijakan memprioritaskan pertempuran melawan inflasi. Hal ini semakin menjauhkan ekspektasi pasar mengenai pemangkasan suku bunga.

Kini, menurut alat FedWatch CME Group, pelaku pasar melihat peluang hampir 91% The Fed akan mempertahankan suku bunga pada level saat ini pada pertemuan September mendatang.

Di lain sisi, saat ini investor global menanti agenda Simposium Ekonomi Jackson Hole di Wyoming selama tiga hari, yang diselenggarakan setiap tahun oleh The Fed wilayah Kansas City sejak 1981.

Simposium Jackson Hole adalah acara di mana para gubernur bank sentral, menteri keuangan, ekonom, dan akademisi dari seluruh dunia berkumpul untuk membahas masalah ekonomi yang paling mendesak saat ini.

Ketua The Fed, Jerome Powell akan menyampaikan pidato tentang prospek ekonomi pada Jumat pekan ini di Simposium Jackson Hole.

Powell akan memberikan pandangan terbarunya tentang apakah diperlukan lebih banyak pengetatan kebijakan untuk menurunkan inflasi di tengah pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat, atau mulai mempertimbangkan untuk mempertahankan suku bunga.

Pidato Powell akan dinanti-nanti karena secara historis memiliki efek kejut yang besar untuk pasar global.

 

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Republika

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *