WHO Larang Negara Kaya Timbun Vaksin Booster Covid-19

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan sejumlah negara kaya, agar tidak menimbun vaksin covid-19 sebagai suntikan penguat (booster). Saat ini warga dunia mencoba melawan varian baru Omicron. Penimbunan dinilai mengancam pasokan ke negara-negara miskin di mana tingkat inokulasi rendah. Peringatan disampaikan WHO pada Kamis, 9 Desember 2021.

Dilansir dari Channel News Asia, Jumat, 10 Desember 2021, terdapat banyak negara Barat telah meluncurkan booster, menargetkan orang tua dan orang-orang dengan masalah kesehatan yang mendasarinya.

Namun, kekhawatiran terkait Omicron yang menyebar cepat telah mendorong beberapa untuk memperluas program mereka. WHO merekomendasikan booster sebagai gantinya bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan, atau mereka yang telah menerima suntikan yang tidak aktif.

Hingga kini, juri disebut masih belum mengetahui seberapa efektif vaksin terhadap Omicron. sejauh ini, mereka terbukti sangat berhasil dalam memperlambat penyebaran covid-19, tingkat keparahan penyakit, serta tingkat inokulasi yang rendah menimbulkan risiko munculnya varian yang lebih berbahaya dan lebih kebal vaksin.

“Ketika kita menuju ke situasi Omicron apa pun yang akan terjadi, ada risiko bahwa pasokan global akan kembali lagi ke negara-negara berpenghasilan tinggi yang menimbun vaksin,” kata Direktur Vaksin WHO, Kate O’Brien dalam sebuah pengarahan.

“Itu tidak akan berhasil. Ini tidak akan berhasil dari perspektif epidemiologis dan itu tidak akan berhasil dari perspektif penularan kecuali kita benar-benar memiliki vaksin untuk semua negara,” ujar O’Brien.

Direktur Kedaruratan WHO Mike Ryan mengatakan, Omicron tampak “lebih bugar dan lebih cepat tetapi tidak terkalahkan”.

“Kami tidak sepenuhnya memahami implikasi klinis atau implikasi untuk vaksin kami. Apa yang kami lakukan dalam beberapa hari dan minggu mendatang, baik dalam hal penekanan virus, vaksinasi, dan kesetaraan akan membuat perbedaan besar pada evolusi pandemi ini pada 2022,” jelas Ryan.

Koordinator Program Pengembangan Imunisasi dan Vaksin WHO untuk Afrika, Richard Mihigo, Omicron menerangkan, varian Omicron pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan dan Hong Kong. Afrika menyumbang 46 persen dari kasus yang dilaporkan secara global.

Data awal rumah sakit dari Afrika Selatan menunjukkan, kurang dari sepertiga pasien yang dirawat selama gelombang terakhir terkait dengan Omicron menderita penyakit parah, dibandingkan dengan dua pertiga pada tahap awal dari dua gelombang terakhir.

Hanya 7,5 persen dari lebih dari satu miliar orang di Afrika telah mendapatkan suntikan vaksin primer. Peringatan O’Brien datang, saat pasokan untuk program berbagi vaksin COVAX global yang dijalankan oleh WHO dan badan amal GAVI telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

Peningkatan dikarenakan terdapat sumbangan dari negara-negara kaya, dan setelah India melonggarkan batasan ekspor vaksin. Dokter berusia 58 tersebut juga mengatakan, masalah utama bagi COVAX adalah sejumlah negara kaya yang menyumbangkan vaksin dengan umur simpan yang relatif singkat.

WHO telah mengatakan dalam beberapa bulan terakhir, pemberian dosis primer harus menjadi prioritas. Panel penasihat merekomendasikan pada Kamis, orang-orang yang kekebalannya terganggu atau menerima vaksin yang tidak aktif harus menerima booster.

Kini, lebih dari 210 negara dan wilayah dilaporkan telah dilanda infeksi virus korona, sejak kasus pertama diidentifikasi di Tiongkok Tengah dua tahun lalu. Menurut penghitungan Reuters, lebih dari 267,28 juta orang telah terinfeksi dan hampir 5,6 juta telah meninggal.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, dunia tidak berada di jalur yang tepat untuk memenuhi target vaksinasi. Omicron menggambarkan “situasi berbahaya” di dunia.

Inggris diketahui tengah berjuang untuk menegakkan pembatasan yang lebih ketat guna memperlambat penyebaran Omicron, setelah pengungkapan terkait dugaan pesta penguncian di kediaman Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson memicu protes atas kemunafikan.

Johnson pun meminta maaf di parlemen atas video yang menunjukkan, staf menertawakan sebuah pesta di Downing Street selama penguncian covid-19 Natal 2020. Saat itu, perayaan serupa dilarang untuk penduduk.

Pasar saham dunia juga terhenti di level tertinggi selama dua minggu pada Kamis. Hal tersebut dikarenakan meningkatnya pembatasan di beberapa bagian dunia guna menahan penyebaran Omicron, membuat optimisme di bidang vaksin.

Kepala Pusat Pengendalian Penyakit Afrika, John Nkengasong mengatakan pada Kamis, Serum Institute of India (SII), pembuat vaksin terbesar di dunia telah mengecewakan Afrika dengan menarik diri dari pembicaraan untuk memasok vaksin.

Slovakia, dengan populasi 5,5 juta, dilaporkan telah sangat terpukul oleh gelombang pandemi terbaru. Hal ini memaksanya untuk kembali ke penguncian, sementara rumah sakit penuh.

Kebijakan itu datang dengan cara baru untuk meningkatkan tingkat inokulasi yang rendah. Selain itu, memberikan bantuan tunai hingga Rp4,8 juta kepada orang-orang di atas 60 tahun yang mendapatkan suntikan.

 

Sumber : medcom.id
Gambar : Medcom.id

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *