European Super League Kandas, Saham Juventus Rontok 13%

Liga Super Eropa atau Europeran Super League (ESL) memang sudah kandas, setidaknya untuk saat ini. Namun goncangannya masih terasa, terutama bagi klub-klub yang terlibat di dalamnya.

ESL adalah liga ‘sempalan’ yang diinisiasi oleh 12 klub sepakbola Eropa yang merasa dirinya besar. Dari Inggris ada Liverpool, Manchester United, Manchester City, Arsenal, Chelsea, dan Tottenham Hotspur. Kemudian dari Italia ada Juventus, AC Milan, dan Inter Mulan. Lalu dari Spanyol ada Real Madrid, Atletico Madrid, dan Barcelona.

Mereka punya konsep untuk membuat kompetisi baru antar-klub Benua Biru untuk menggantikan Liga Champions yang berada di bawah naungan Federasi Sepakbola Eropa (UEFA). Suntikan dana dari bohir JPMorgan (bank investasi asal Amerika Serikat) membuat ESL bergelimang uang.

JPMorgan disebut-sebut berkomitmen untuk memberikan pembiayaan sebesar EUR 4 miliar. Dengan asumsi EUR 1 setara dengan Rp 17.506,815 seperti kurs tengah transaksi Bank Indonesia (BI) periode 21 April 2021, maka jumlahnya mencapai Rp 70,03 triliun.

Mengutip The Guardian, para perserta ESL dijanjikan ‘uang partisipasi’ yang berkisar antara EUR 200 juta (Rp 35,01 triliun) hingga EUR 300 juta (Rp 5,25 triliun). Sementara sang juara digosipkan bakal ‘ditabok’ EUR 400 juta (Rp 7 triliun).

Iming-iming hadiah sebesar itu tentu akan sangat membantu klub dari sisi keuangan. Meski 12 klub itu tidak miskin, tetapi pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) juga memukul mereka. Pendapatan turun drastis dan laporan keuangan menunjukkan kerugian.

Dalam sepakbola modern yang telah bertransformasi menjadi industri, klub bukan sekadar entitas olahraga tetapi entitas bisnis. Malah ada klub yang sudah menjual saham ke bursa efek seperti Manchester United dan Juventus. Mereka menjadi perusahaan terbuka alias emiten.

Uang hadiah dari ESL akan menjadi modal untuk membalik laporan keuangan mereka dari rugi jadi laba. Di mata investor, emiten seperti ini tentu layak diburu. Kala rencana ESL diumumkan awal pekan ini, saham United dan Juventus ‘terbang’ tinggi karena diburu pelaku pasar.

Namun kini semua berubah. Hanya dalam kurun waktu 48 jam, situasi berbalik di mana seluruh klub Inggris menarik diri dari Liga Super.
Dalam wawancara dengan Sky Sport, Chairman Juventus Andrea Agnelli mengaku mustahil menjalankan ESL dengan klub yang tersisa. Oleh karena itu, ESL ‘karam’ untuk sementara.

“Jujur, ini tidak bisa. Saya tetap meyakini sisi positif dari proyek ini, tetapi harus diakui saya tidak berpikir bisa dijalankan sekarang,” katanya.

Saat pengumuman rencana ESL, saham Juventus yang diperdagangkan di bursa Milan meroket 17,85%. Namun kemarin, saat satu per satu klub Inggris mundur, harga saham Si Nyonya Tua ambles 4,23%. Hari ini penurunannya lebih parah lagi yaitu 13,7%.

Sementara saham United, yang diperdagangkan di bursa saham New York, melesat 6,74% saat pengumuman ESL. Kemarin, harga saham Setan Merah ambrol 6,03% gara-gara urung ikut ESL.

Namun hari ini, saham United berhasil rebound dengan kenaikan hampir 2%. Mungkin investor sedang ‘nyerok di bawah’ karena harga kemarin sudah turun banyak.

Prahara di tubuh United tidak hanya mewujud dalam fluktuasi harga saham. Kegagalan United ikut serta di ESL memakan korban. Edward ‘Ed’ Woodward, Executive Vice Chairman United, memutuskan mundur pada akhir tahun ini.

“Saya sangat bangga bisa mengabdi kepada United dan sebuah kehormatan bisa bekerja di klub terbaik dunia selama 16 tahun terakhir. Periode 16 bulan ini membawa tantangan yang sangat berbeda. Namun United menjadi salah satu klub paling tahan menghadapi tekanan finansial yang luar biasa,” kata Woodward dalam keterangan resmi United.

Meski ESL sudah tutup buku (setidaknya untuk saat ini), para suporter belum puas. Kini target diarahkan kepada para pemilik yang tega mendorong klub ke lembah nista bernama ESL.

Keluarga Glazer (pemilik United), keluarga Kroenke (pemilik Arsenal), dan Fenway Sports Group (pemilik Liverpool) jadi sasaran tembak. Mereka diminta pergi karena dirasa hanya peduli soal uang, bukan sepakbola dan segala tradisi yang melekat di dalamnya.

Dorongan publik, terutama suporter, mungkin bisa membuat ESL mangkrak. Namun, apakah people power ini berhasil mewujudkan #GlazerOut, #KroenkeOut, dan #FSGOut? Kita tunggu saja.

 

 

 

 

 

Sumber : CNBC Indonesia
Gambar : CNBC Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *