Harga Melesat 20% Lebih di Q1, Waspada Minyak Masih Rawan!

Harga minyak mentah memang cenderung melemah belakangan ini. Namun sepanjang kuartal pertama, harga si emas hitam sudah naik lebih dari 20% dan bisa dibilang sudah pulih dari tekanan pandemi.

Mengawali perdagangan perdana pada kuartal kedua, harga minyak mentah berjangka mengalami apresiasi. Harga minyak Brent naik 0,53% ke US$ 63,07/barel. Sedangkan untuk minyak West Texas Intermediate (WTI) harganya naik 0,61% ke US$ 59,53/barel.

Ada banyak pemicu yang membuat harga minyak mentah melesat. Selain prospek perekonomian yang lebih baik, program vaksinasi yang gencar juga ada kebijakan para kartel yang terus berupaya untuk mempertahankan defisit pasokan melalui kebijakan pemangkasan produksi.

Pada perdagangan terakhir kuartal pertama kemarin, harga emas hitam ini drop 2% setelah OPEC+ menurunkan perkiraan permintaan emas di tahun ini sebesar 300 ribu barel per hari (bph). Grup tersebut meramal permintaan minyak bakal naik 5,6 juta bph sementara outputnya diramal naik 1,6 juta bph.

Komite Teknis Gabungan, yang bertindak sebagai penasihat kelompok negara penghasil minyak yang mencakup Arab Saudi dan Rusia tersebut bertemu pada hari Selasa menjelang pertemuan menteri pada hari Kamis untuk memutuskan kebijakan produksi.

Pada pertemuan panel tingkat menteri yang lebih tinggi pada hari Rabu, yang dikenal sebagai JMMC, Sekretaris Jenderal OPEC juga memperingatkan tentang perlunya kehati-hatian.

“Kita perlu ingat bahwa kondisi tetap menantang, kompleks dan tidak pasti, dengan volatilitas pasar yang kita saksikan dalam dua minggu terakhir Maret mengingatkan kerapuhan yang dihadapi ekonomi dan permintaan minyak,” kata Mohammad Barkindo kepada Reuters.

Arab Saudi dikabarkan siap untuk mendukung perpanjangan batas produksi minyak dan juga siap untuk memperpanjang pemotongan secara sukarela, menurut pernyataan sumber kepada Reuters.

Pada hari Rabu, JMMC tidak membuat rekomendasi resmi. Opsi, yang akan dipertimbangkan oleh para menteri pada hari Kamis, termasuk perpanjangan produksi dan peningkatan secara bertahap.

JP Morgan dalam sebuah catatan penelitian mengatakan pihaknya yakin OPEC+ akan berhati-hati dengan sebagian besar menghentikan pemotongan produksinya hingga Mei dan bahwa Arab Saudi akan memperpanjang pemotongan tambahan hingga akhir Juni.

“Kami mengharapkan aliansi untuk mulai menambah produksi dalam kenaikan 500.000 barel per hari mulai bulan Juni dan berlangsung hingga Agustus,” tulis bank asal Wall Street itu.

Dibalik kekhawatiran yang merebak di pasar, ada sentimen positif yang terselip yaitu rencana Biden sebagai presiden ke-46 AS yang mengajukan proposal untuk pembangunan infrastruktur senilai US$ 2 triliun.

Anggaran sebesar US$ 621 miliar untuk infrastruktur rencananya akan digunakan untuk membangun kembali jalan, jembatan, angkutan umum serta stasiun pengisian kendaraan listrik. Proposal tersebut juga akan mengalokasikan US$ 111 miliar untuk mengganti pipa air timbal dan meningkatkan saluran pembuangan.

Menurut perkiraan ekonom Associated Press, hal itu bisa mendorong pertumbuhan di atas 6% tahun ini. Setidaknya ini menjadi salah satu katalis positif untuk harga minyak.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Seputar Energi

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *