IMF Proyeksi Defisit Transaksi Berjalan RI 1,3 Persen

Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi defisit transaksi berjalan Indonesia mencapai 1,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2020. Posisi defisit itu membaik dibandingkan realisasi defisit transaksi berjalan pada 2019, yaitu minus 2,7 persen.

Namun, pada 2021 mendatang, IMF memprediksi defisit transaksi berjalan Indonesia lebih lebar, yakni minus 2,4 persen. Informasi itu tercantum dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi Oktober 2020.

Berdasarkan laporan tersebut, posisi defisit Indonesia cenderung lebih lebar dibandingkan 4 negara terbesar di Asia Tenggara lainnya.

IMF memprediksi transaksi berjalan Thailand surplus 4,2 persen dari PDB tahun ini, dan membaik menjadi 4,6 persen tahun depan. Malaysia juga diramal positif, yakni 0,9 persen dari PDB di 2020, kemudian meningkat dua kali menjadi 1,8 persen di 2021.

Selanjutnya IMF memprediksi transaksi berjalan Filipina surplus 1,6 persen tahun ini, tapi mengalami defisit sebesar minus 1,5 persen tahun depan. Kemudian, transaksi berjalan Vietnam diprediksi surplus tahun ini sebesar 1,2 persen, dan meningkat menjadi 1,7 persen tahun depan.

IMF memperkirakan angka defisit dan surplus neraca berjalan global menyusut pada 2020 ke level terendah di dua dekade terakhir. Negara-negara di Asia Timur diprediksi mengalami penyusutan surplus transaksi berjalan. Kondisi serupa terjadi di Jerman dan Belanda.

“Ini mencerminkan lingkungan eksternal yang lebih lemah, sementara surplus ekspor minyak diproyeksikan berubah menjadi defisit meskipun tidak terlalu lebar,” imbuh IMF, dikutip Rabu (14/10).

Selain itu, IMF memprediksi defisit transaksi berjalan dialami oleh negara Amerika Latin. Defisit diprediksi hanya tipis, meskipun negara-negara Amerika Latin mengalami guncangan dari sisi perdagangan global, sehingga mempengaruhi pelemahan permintaan domestik.

“Di Indonesia asumsi kebijakan moneter sejalan dengan pemeliharaan inflasi di pusat yang menjadi target Bank Indonesia,” tulis IMF.

Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) mencatat defisit transaksi berjalan sebesar US$2,9 miliar atau 1,2 persen dari PDB pada kuartal II 2020. Realisasi itu lebih rendah dari defisit pada kuartal sebelumnya yang mencapai US$3,9 miliar atau 1,4 persen dari PDB.

Menurunnya defisit transaksi berjalan disebabkan surplus neraca perdagangan barang karena penurunan impor akibat melemahnya permintaan domestik.

Selain itu, defisit neraca pendapatan yang mengecil karena berkurangnya pembayaran imbal hasil kepada investor asing. Hal ini sejalan dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi domestik pada kuartal II 2020.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *