Saat AS Buat Minyak Kuat, OPEC+ Malah Bikin Harga Turun

Semalam harga minyak mentah sempat melesat. Namun pagi ini, Kamis (16/7/2020) harga emas hitam melorot setelah mendapat kabar kurang mengenakkan dari negara-negara eksportir minyak (OPEC+).

Pada 09.40 WIB, harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai ditransaksikan terkoreksi lebih dari setengah persen. Brent turun 0,53% ke US$ 43,56/barel dan minyak patokan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) terpangkas 0,7% ke US$ 40,91/barel.

Semalam data perminyakan AS yang dirilis oleh pemerintah (EIA) menunjukkan stok minyak mentah berkurang 7,5 juta barel pada pekan lalu yang berakhir di 10 Juli 2020.

Sehari sebelumnya data asosiasi industri (API) menunjukkan stok turun 8,3 juta barel pekan lalu. Penurunan stok minyak mentah secara riil masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konsensus analis yang memperkirakan hanya berkurang 2,1 juta barel saja.

Namun penguatan yang signifikan semalam tak berlangsung lama. Harga minyak berbalik arah seiring dengan keputusan OPEC+ untuk menurunkan kuota pemangkasan produksi pada Agustus hingga akhir tahun.

Sepanjang Mei-Juli, OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi minyaknya sebanyak 9,7 juta barel per hari (bpd) atau setara dengan 10% dari total output global. Setelahnya output akan dipangkas sebesar 7,7 juta bpd.

Meskipun ada kesepakatan resmi OPEC+, Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan pengurangan produksi pada Agustus dan September akan mencapai sekitar 8,1 juta-8,3 juta bpd, lebih dari kuota utama.

Hal ini karena ada beberapa negara dalam organisasi tersebut yang kelebihan produksi awal tahun ini akan mengimbangi dengan melakukan pemotongan tambahan Agustus-September.

“Namun, harga minyak diperkirakan akan tetap statis karena kenaikan minyak mentah yang diproses oleh kilang kemungkinan akan mengimbangi volume pasokan yang lebih tinggi,” kata Rystad Energy dalam sebuah catatan, melansir Reuters.

“Kami menemukan bahwa harga harus tetap di sana [US$ 40/barel] selama sisa tahun 2020 karena setiap kenaikan akan menggerus margin kilang yang sudah menderita dan akan berdampak negatif pada pemulihan yang paling dibutuhkan dalam operasi kilang,” katanya.

Di tempat lain, Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA), Fatih Birol mengatakan pada hari Rabu bahwa pasar minyak global perlahan-lahan mencoba menyeimbangkan kembali setelah guncangan terjadi akibat lockdown untuk mengendalikan penyebaran wabah virus corona.

Lebih lanjut Fatih mengatakan harga minyak mentah diperkirakan akan bergerak stabil di kisaran US$ 40/ barel dalam beberapa bulan mendatang.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *