Bank Sentral Eropa “Cetak Uang” Lagi, Kurs Euro Melambung

Nilai tukar euro menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan rupiah pada perdagangan Kamis (4/6/2020) kemarin. Bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang kembali “mencetak uang” guna meredam dampak pandemi penyakit virus corona ke perekonomian. Langkah ECB tersebut membuat mata uang 19 negara ini melambung.

Istilah “mencetak uang” ini mulai populer setelah krisis finansial 2008, saat itu The Fed dan beberapa bank sentral utama dunia lainnya menerapkan kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE). Sejak saat itu, ketika bank sentral melakukan QE maka lazim disebut “printing money” atau “mencetak uang”.

Euro melesat 0,93% melawan dolar AS ke US$ 1,1336 kemarin. Dengan kinerja tersebut, euro melanjutkan laju penguatan menjadi 8 hari beruntun melawan dolar AS, dan berada di level terkuat sejak 11 Maret lalu. Melawan rupiah, euro menguat 1% ke Rp 15.938,42/EUR kemarin.

Sementara pada hari ini, Jumat (5/6/2020) euro sedikit terkoreksi ke US$ 1,1328 atau melemah 0,07% melawan dolar AS pada pukul 9:26 WIB di pasar spot, melansir data Refinitiv. Melawan rupiah, euro juga melemah 0,3% ke Rp 15.890,92/EUR.

ECB dalam pengumuman kebijakan moneter kemarin malam mengatakan menambah nilai QE atau yang disebut Pandemic Emergency Purchase Programme (PEPP), yakni program pembelian aset (obligasi pemerintah), sebesar 600 miliar euro.

Bank Bank sentral yang dipimpin Chirstine Lagarde, mantan direktur pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), merilis PEPP pertama pada Maret lalu, dengan nilai sebesar 750 miliar euro. Sehingga total stimulus yang digelontorkan ECB mencapai 1,35 triliun euro.

ECB mengatakan durasi program ini juga ditambah, sebelumnya berakhir pada Desember 2020, tetapi kini diperpanjang hingga Juni 2021 atau hingga ECB yakin krisis akibat Covid-19 sudah berlalu.

Dengan kebijakan tersebut, perekonomian zona euro diprediksi akan pulih lebih cepat ketimbang Amerika Serikat dan Inggris.

“Komitment ECB untuk memperkuat pemulihan ekonomi patut digarisbawahi. Zona euro kemungkinan akan pulih lebih cepat ketimbang AS dan Inggris dari resesi yang dialami akibat Covid-19” kata Jai Malhi, ahli strategi pasar global di JP Morgan Asset Management London, sebagaimana dilansir CNBC International.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : BeritaSatu.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *