Produksi Dipangkas, Harga Minyak Naik tapi Tak Banyak

Pagi ini harga minyak mentah bergerak naik setelah produksi minyak AS diperkirakan anjlok pada April ini menyusul keputusan pemangkasan produksi besar-besaran oleh Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak dan Koleganya (OPEC+).

Pada Selasa (14/4/2020) harga minyak mentah kontrak berjangka melesat lebih dari 1% pada perdagangan pagi waktu Asia. Pada 09.23 WIB Brent naik 1,2% ke US$ 32,12/barel dan WTI menguat 1,38% ke US$ 22,72/barel.

Pada pekan lalu tepatnya Kamis (9/4/2020) OPEC+ sepakat pangkas produksi minyaknya sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd). Kesepakatan ini membuahkan hasil pemangkasan produksi minyak terbesar sepanjang sejarah. Tak tanggung-tanggung, 10% dari produksi global dipangkas mulai Mei-Juni.

Untuk periode Juli-Desember 2020, OPEC+ akan memangkas produksi sebesar 7,7 juta bpd. Setelah itu produksi minyak akan dipangkas sebesar 5,8 juta bpd mulai dari Januari 2021 – April 2022.

Menambah sentimen positif hari ini, penguatan harga minyak juga dipicu oleh perkiraan produksi minyak AS yang turun. Agensi Energi AS (EIA) memperkirakan produksi shale oil AS turun 194.000 bpd pada April ini ke 8,7 juta bpd.

Penurunan ini ditambah dengan pemangkasan produksi OPEC+ dan negara lainnya ditaksir akan menyumbang sebesar 19,5 juta bpd atau nyaris 20% dari pasokan global. Namun nyatanya upaya ini tak bisa banyak mengangkat harga minyak.

Harga minyak mentah memang sempat melesat tajam saat beredar kabar Arab dan Rusia akan kembali rujuk. Namun setelah kabar tersebut jelas terkonfirmasi dan berujung pada kesepakatan OPEC+, harga minyak cenderung bergerak volatil dan melandai.

“Pemotongan ini, terutama relatif terhadap angka produksi yang meningkat selama bulan lalu, tidak akan membawa pasar kembali ke keseimbangan kecuali kita melihat pemulihan ekonomi” berbentuk V “dramatis dalam beberapa minggu mendatang,” kata FOREX.com dalam sebuah catatan, sebagaimana diwartakan Reuters.

Bagaimanapun juga pasar masih skeptis. Pemangkasan yang dilakukan tak mampu mengimbangi turunnya permintaan akibat pandemi corona. Lagi pula produksi baru dipangkas Mei nanti. Isu lain yang juga turut menjadi sorotan adalah bagaimana implementasi serta komitmen masing-masing negara dalam mematuhi kesepakatan yang ada.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Berita Papua

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *