BI Ramal Penyaluran Kredit Tumbuh 12 Persen Pada 2020

Bank Indonesia (BI) memprediksi penyaluran kredit tahun depan tumbuh 10 persen-12 persen. Kalau benar bisa tercapai, pertumbuhan itu lebih tinggi dari proyeksi tahun ini yang hanya 8 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan proyeksi tersebut kemungkinan akan tercapai karena ada potensi kenaikan permintaan tahun depan. Kenaikan permintaan akan didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang diramal lebih tinggi dari tahun ini.

“Sebab ekonomi global dan ekspor juga akan meningkat. Konsumsi akan bagus dan investasi akan bagus,” kata Perry, Kamis (19/12).

Selain itu, Perry juga mengatakan potensi kenaikan kredit tahun depan juga akan dipengaruhi kebijakan penurunan suku bunga. Berdasarkan catatan BI, suku bunga pasar uang antar bank (PUAB) turun 115 basis poin (bps) menjadi 5,03 persen, suku bunga Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) turun 119 bps menjadi 5,05 persen, suku bunga deposito rata-rata turun 51 bps menjadi 6,32 persen, dan suku bunga kredit modal kerja turun 32 bps menjadi 10,24 persen.

“Suku bunga akan semakin menurun, bunga pasar. Bunga kredit sekarang memang belum optimal dan akan lebih menurun tahun depan,” ucap Perry.

Penopang permintaan kreditnya juga ia ramal datang dari beberapa kebijakan makroprudensial dan moneter BI, seperti penurunan bunga acuan dan pengawasan likuiditas industri perbankan.

Perry mengklaim di tengah potensi peningkatan permintaan tersebut, perbankan siap menyalurkan kredit lebih banyak tahun depan.

Permintaan kredit melambat pada Oktober kemarin. Kondisi tersebut tercermin dari penyaluran kredit pada Oktober 2019 yang hanya tumbuh 6,53 persen. Realisasi itu melambat dibandingkan September 2019 yang mencapai 7,8 persen.

Sementara, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross industri perbankan per Oktober 2019 di level 2,73 persen. Angka itu naik tipis dibandingkan September 2019 yang sebesar 2,66 persen.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK Slamet Edy Purnomo mengatakan kenaikan NPL gross industri perbankan dipengaruhi oleh sektor pengolahan yang meningkat dari 2,52 persen pada Desember 2018 menjadi 4,12 persen pada Oktober 2019.

“NPL gross sektor perdagangan juga naik dari 3,57 persen menjadi 3,92 persen. Kalau yang lain ada perikanan tapi tidak signifikan,” pungkas Slamet.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Katadata

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *