Rupiah Lunglai, Terpukul Sentimen Rilis Data AS yang Positif

Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.865 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan sore ini, Senin (10/9). Posisi ini melemah sekitar 45 poin atau 0,3 persen dari akhir pekan lalu, Jumat (7/9) di Rp14.820 per dolar AS.

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.835 per dolar AS atau menguat dari kurs referensi akhir pekan lalu di Rp14.884 per dolar AS.

Sejalan dengan pelemahan rupiah, mayoritas mata uang di kawasan Asia turut lesu dari dolar AS. Rupee India melemah 0,71 persen, won Korea Selatan minus 0,5 persen, dan renminbi China minus 0,3 persen.

Lalu, peso Filipina minus 0,29 persen, dolar Singapura minus 0,08 persen, yen Jepang minus 0,06 persen, dan ringgit Malaysia minus 0,04 persen. Sedangkan dolar Hong Kong dan baht Thailand stagnan.

Sebaliknya, mata uang utama negara maju justru menguat dari dolar AS. Euro Eropa menguat 0,14 persen, poundsterling Inggris 0,14 persen, rubel Rusia 0,14 persen, dan dolar Kanada 0,21 persen. Hanya franc Swiss dan dolar Kanada yang melemah, masing-masing 0,19 persen dan 0,07 persen.

Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan pelemahan rupiah hari ini sejatinya sudah diperkirakan lantaran data ekonomi AS yang dirilis akhir pekan lalu cukup positif bagi Negeri Paman Sam.

Pertama, rilis data ketenagakerjaan yang meningkat 210 ribu orang dengan tingkat pengangguran yang tetap di kisaran 3,9 persen pada Agustus 2018. Kedua, rilis tingkat upah yang meningkat 0,4 persen secara bulanan pada Agustus 2018 dengan pertumbuhan 2,9 persen secara tahunan.

Menurutnya, kedua data itu bisa menambah keyakinan bank sentral AS, The Federal Reserve untuk merealisasikan rencana kenaikan bunga acuannya pada bulan ini.

“Data-data itu menjadi acuan bagi The Fed untuk semakin positif menaikkan bunga acuan,” tutur dia kepada CNNIndonesia.com, Senin (10/9).

Lebih lanjut Dini bilang, positifnya data ekonomi AS ini bahkan turut meredam data surplus perdagangan China dari AS yang meningkat menjadi US$31,05 miliar pada Agustus 2018. Meski, surplus perdagangan China dari AS justru berpotensi kembali memanaskan perang dagang antar kedua negara.

Sementara dari dalam negeri, ia melihat intervensi dari bank sentral nasional seakan tertahan sementara waktu karena pekan lalu BI sudah cukup ‘jor-joran’ menahan pelemahan rupiah.

Begitu pula dengan pemerintah, sebab kebijakan pembatasan impor yang dikeluarkan awal bulan ini masih perlu waktu untuk melihat hasilnya.

 

 

 

Sumber Berita : CNN
Sumber foto : CNBC Indonesia

 

 

[social_warfare buttons = “Facebook, Pinterest, LinkedIn, Twitter, Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *