Harga Minyak Dunia Menguat Berkat Kesepakatan Plafon Utang AS

Harga minyak menguat pada perdagangan Senin (29/5), waktu Amerika Serikat (AS). Pasar dipengaruhi oleh sentimen kesepakatan plafon utang tentatif AS yang akan mencegah gagal bayar di tengah wacana kenaikan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) lebih lanjut.

Dilansir Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka naik 12 sen, atau 0,2 persen, menjadi US$77,07 per barel.

Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah West Texas Intermediate AS sebesar 25 sen, atau 0,3 persen, menjadi US$72,92 per barel.

Pada awal pekan ini, volume perdagangan minyak mentah melemah lantaran libur nasional di Inggris dan AS.

“Euforia kesepakatan utang berkurang karena kekhawatiran meningkat untuk kenaikan suku bunga lain oleh The Fed pada bulan Juni,” tulis broker Liquidity Energy LLC dalam sebuah catatan.

Presiden AS Joe Biden dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kevin McCarthy selama akhir pekan membuat kesepakatan untuk menangguhkan plafon utang US$31,4 triliun dan membatasi pengeluaran pemerintah untuk dua tahun ke depan.

Kedua pemimpin menyatakan keyakinan bahwa anggota parlemen dari Partai Demokrat dan Republik akan mendukung kesepakatan tersebut.

Namun, analis melihat kenaikan harga minyak dari kesepakatan itu hanya berumur pendek.

Menurut Fedwatch CME, pasar saat ini melihat peluang sekitar 50-50 bahwa The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin lagi pada pertemuan 13-14 Juni, naik dari peluang 8,3 persen yang diprediksi bulan lalu.

Dalam pertemuan kebijakan terakhirnya pada 2-3 Mei, The Fed mengisyaratkan terbuka untuk menghentikan siklus kenaikan suku bunga yang paling agresif sejak awal 1980-an pada Juni mendatang.

Indeks dolar terhadap mata uang lain juga turun pada Senin lalu karena kesepakatan plafon utang mengangkat selera risiko di pasar dunia dan merusak daya tarik safe-haven greenback.

Pelemahan kurs dolar AS bisa mengangkat permintaan minyak yang diperdagangkan dengan mata uang tersebut.

Sementara itu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, dijadwalkan bertemu pada 4 Juni.

Menteri Energi Saudi Abdulaziz bin Salman memperingatkan short-seller yang bertaruh bahwa harga minyak akan turun untuk “diwaspadai”, mengingat ada kemungkinan OPEC+ dapat memangkas produksi lebih lanjut.

Namun, komentar dari pejabat dan sumber perminyakan Rusia, termasuk Wakil Perdana Menteri Alexander Novak, mengindikasikan produsen minyak terbesar ketiga dunia itu condong ke arah membiarkan produksi tidak berubah.

“Pedagang sedikit bingung dengan apa yang bisa kita harapkan,” kata Analis Pasar Senior OANDA Craig Erlam.

 

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Medcom.id

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *