Harga Minyak Dunia Melesat 7 Persen di Tengah Konflik Rusia-Ukraina

Harga minyak dunia melonjak lebih dari 7 persen ke level tertinggi sejak 2014 pada akhir perdagangan Selasa (1/3) waktu AS atau Rabu (2/3) pagi WIB.

Mengutip Antara, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei melonjak US$7,00 atau 7,1 persen ke US$104,97 per barel. Harga ini merupakan level tertinggi sejak Agustus 2014.

Sementara itu minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April terangkat US$7,69 atau 8 persen ke US$103,41 per barel. Itu adalah penutupan tertinggi sejak Juli 2014 dan persentase kenaikan harian terbesar sejak November 2020.

Dalam perdagangan intraday, Brent mencapai tertinggi sejak Juli 2014 dan WTI tertinggi sejak Juni 2014. Selain minyak mentah, harga minyak pemanas AS dan bensin berjangka juga mencapai tertinggi sejak 2014.

Analis menyebut lonjakan harga minyak dipicu kegagalan pembahasan anggota Badan Energi Internasional (IAE) seperti AS dan Jepang dalam melepaskan cadangan minyak. Amerika Serikat dan Jepang setuju melepaskan cadangan minyak 60 juta barel ke pasar untuk meredam kenaikan harga yang belakangan ini semakin menggila.

Tapi yang lain belum setuju untuk melepaskannya. Karena kegagalan itu, pasar menjadi semakin khawatir atas prospek pasokan minyak ke depan.

Apalagi di saat yang sama, mereka juga dibayangi kekhawatiran atas ketatnya pasokan minyak dunia seiring memanasnya hubungan Rusia dan Ukraina.

“Minyak melonjak karena pasar juga khawatir dengan konflik Rusia-Ukraina,” kata mitra di Again Capital di New York John Kilduff.

Minyak juga mendapatkan topangan dari kebijakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+. Pasalnya organisasi itu belum mengisyaratkan keinginan untuk meningkatkan produksi melebihi perkiraan kenaikan 400 ribu barel per hari (bph) pada April, meskipun ada permohonan dari Amerika Serikat dan lain-lain.

Kelompok ini akan bertemu pada Rabu untuk pertemuan bulanan.

“Janji dari OPEC+ untuk meningkatkan pasokan sejauh ini merupakan janji tertulis,” kata Louise Dickson, analis pasar minyak senior di Rystad Energy, mencatat bahwa anggota kesepakatan OPEC+ yang berpartisipasi sebenarnya memproduksi sekitar 800.000 barel per hari di bawah level target yang dinyatakan, menambah kekurangan dalam pasokan global.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Republika

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *