Inflasi AS Meningkat 0,5%, Dolar Semakin Tertekan

Dolar AS semakin melemah atau terendah dalam dua bulan terhadap sekeranjang mata uang lainnya di akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Dolar AS menurun setelah data harga konsumen AS Desember melonjak. Hal ini pun gagal mendorong upaya-upaya normalisasi kebijakan Federal Reserve.

Indeks dolar AS melacak greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,7% pada 94,944, setelah tergelincir serendah 94,903, terendah sejak 11 November.

Harga konsumen AS melonjak pada Desember, dengan kenaikan inflasi tahunan terbesar dalam hampir empat dekade. Catatan inflasi pun meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mulai menaikkan suku bunga pada awal Maret.

Indeks harga konsumen (IHK) meningkat 0,5% bulan lalu setelah naik 0,8% pada November. Dalam 12 bulan hingga Desember, IHK melonjak 7,0% atau kenaikan tahun-ke-tahun terbesar sejak Juni 1982.

Sedangkan ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan IHK naik 0,4% dan melonjak 7,0% pada basis tahun-ke-tahun.

“Ekonomi AS tampaknya siap untuk kenaikan suku bunga yang akan dimulai pada Maret,” kata Analis Pasar Senior Western Union Business Solutions,Joe Manimbo, dikutip dari Antara, Kamis (13/1/2022).

“Masalah dolar adalah bahwa pasar sudah memiliki ekspektasi yang sangat hawkish untuk kebijakan Fed tahun ini. Jadi, sepanas harga IHK hari ini, itu hanya memperkuat apa yang sudah dimasukkan untuk dolar dan kebijakan Fed,” kata Manimbo.

Sementara itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell tidak memberikan indikasi yang jelas bahwa Fed akan mempercepat rencana pengetatan kebijakan moneter, menempatkan beberapa tekanan ke bawah pada greenback yang telah diuntungkan dari ekspektasi kenaikan suku bunga AS dalam beberapa pekan terakhir.

“(Ini) Hanya kasus pasar yang saat ini terlalu maju dengan normalisasi Fed; kita perlu melihat dampak inflasi dari Omicron ini benar-benar berperan bagi Fed untuk menaikkan (suku bunga) empat kali dan memulai pengetatan kuantitatif tahun ini, saya kira,” kata Analis Pasar Valas Senior Monex Europe, Simon Harvey.

Dolar Australia, yang sering dianggap sebagai proksi likuid untuk selera risiko, melonjak 1,04% ke level tertinggi satu minggu terhadap dolar AS. Greenback yang lebih lemah dan harga minyak yang lebih tinggi membantu mengangkat dolar Kanada ke level tertinggi dalam hampir dua bulan.

Dan sterling menguat 0,56% dibantu oleh dolar yang lebih lemah dan pandangan bahwa lonjakan terburuk Omicron COVID-19 mungkin telah lewat di Inggris – membantu membuka jalan bagi kenaikan jangka pendek suku bunga Inggris lainnya.

Di tempat lain, bitcoin diperdagangkan 2,3% lebih tinggi pada USD43.717,08 memperpanjang rebound dari level terendah lima bulan yang disentuh pada Senin (10/1/2022).

 

 

 

 

 

Sumber : okezone.com
Gambar : Okezone Ekonomi

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *