Diguncang Lonjakan Inflasi AS, Harga Minyak Dunia Anjlok

Harga minyak dunia anjlok pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Minyak terpukul oleh lonjakan dolar AS setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan pemerintahannya sedang mencari cara untuk mengurangi biaya energi di tengah lonjakan inflasi yang lebih luas.

Mengutip Antara, Kamis, 11 November 2021, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari terperosok USD2,14 atau 2,5 persen, menjadi USD82,64 per barel. Kontrak Brent mencapai level tertinggi USD85,50 per barel pada sesi tersebut sebelum mundur kembali.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember anjlok USD2,81 atau 3,3 persen, menjadi USD81,34 per barel, setelah mencapai tertinggi USD84,97 per barel, tak jauh dari tertinggi tujuh tahun yang disentuh dalam beberapa minggu terakhir.

Minyak mentah berjangka Brent dan WTI turun tajam pada akhir sesi karena pedagang menjual aset-aset berisiko, termasuk saham dan komoditas, didorong oleh ekspektasi bahwa bank sentral akan mengambil langkah-langkah untuk menahan kenaikan harga.

Data inflasi konsumen menunjukkan harga-harga AS naik pada tingkat 6,2 persen tahun-ke-tahun, tingkat tercepat mereka dalam tiga dekade, dan dapat memacu Gedung Putih dan Federal Reserve AS untuk mengambil tindakan guna mencegahnya. Itu mendorong dolar, yang sering diperdagangkan terbalik dengan minyak.

“Tidak diragukan lagi, ada lebih banyak tekanan pada pemerintah setelah angka inflasi hari ini. Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa Fed mungkin harus kembali bertindak lebih agresif pada kenaikan suku bunga, sehingga membuat dolar menguat,” kata Analis Senior Price Futures Group Phil Flynn.

Inflasi memanas karena hambatan ekonomi dari gelombang musim panas infeksi covid-19 memudar dan kemacetan pasokan terus berlanjut. Federal Reserve diperkirakan mencoba untuk mencegah kenaikan harga-harga yang sedang berlangsung, yang telah berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan semula.

Reli dolar

Itu memicu reli dolar, yang melemahkan harga minyak karena meningkatkan biaya bagi negara lain sebab minyak sebagian besar ditransaksikan dalam dolar. Biden meminta Dewan Ekonomi Nasional bekerja mengurangi biaya-biaya energi dan Komisi Perdagangan Federal untuk mendorong kembali manipulasi pasar di sektor energi dalam upaya membalikkan inflasi.

“Komentar itu menyebabkan pasar melemah,” kata Direktur Energi Berjangka Mizuho Bob Yawger, di New York.

Secara terpisah, persediaan minyak mentah AS juga naik satu juta barel dalam minggu terakhir, jauh dari perkiraan untuk peningkatan 2,1 juta dalam stok minyak mentah.

Beberapa pedagang mengatakan harga-harga dapat terus naik dalam beberapa bulan mendatang, tetapi mencatat juga bahwa reli yang sedang berlangsung dapat memacu lebih banyak produksi industri serpih yang akan mengimbangi permintaan.

Pasar telah reli dalam beberapa hari terakhir di tengah ekspektasi bahwa Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang dipimpin oleh Arab Saudi, bersama dengan sekutu pengekspor lainnya, akan mempertahankan peningkatan produksi yang stabil.

“Harga tinggi dapat mendorong industri minyak serpih AS untuk melepaskan satu juta barel per hari ke pasar global,” kata Marco Dunand, kepala eksekutif di Mercuria Energy Trading, berbicara di Commodity Trading Summit.

OPEC+, demikian kelompok pengekspor yang lebih luas disebut, menolak seruan Gedung Putih untuk meningkatkan produksi. Produksi AS baru-baru ini mencapai 11,5 juta barel per hari, masih kurang dari 13 juta barel per hari yang dicapai pada akhir 2019.

 

 

 

 

Sumber : medcom.id
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *