Jepang-Tiongkok Perpanjang Kerja Sama Pertukaran Mata Uang Lokal

Bank of Japan (BoJ) mengungkapkan Jepang dan Tiongkok memperpanjang pengaturan pertukaran mata uang, yang ditandatangani pada 2018, selama tiga tahun lagi. Hal itu untuk memungkinkan pertukaran mata uang lokal antara dua bank sentral hingga 200 miliar yuan atau 3,4 triliun yen (USD30 miliar).

“Dengan memanfaatkan perjanjian swap, BoJ siap menyediakan likuiditas dalam Renminbi jika lembaga keuangan Jepang menghadapi kesulitan yang tidak terduga dalam penyelesaian renminbi, dan BoJ menilai penyediaan likuiditas diperlukan untuk memastikan stabilitas sistem keuangan Jepang,” kata BoJ, dilansir dari Channel News Asia, Selasa, 26 Oktober 2021.

Sementara itu, BoJ mengungkapkan sistem perbankan Jepang secara luas tetap stabil di tengah pandemi covid-19 yang masih belum mereda. Meski demikian, bank sentral Jepang memperingatkan lembaga keuangan dapat menghadapi risiko termasuk dari kemungkinan peningkatan biaya kredit yang disebabkan oleh penundaan pemulihan ekonomi.

“Lembaga keuangan juga berisiko mengalami kerugian pada portofolio investasi sekuritas mereka jika terjadi penyesuaian pasar yang cepat,” kata BoJ.

Dalam konteks ini, BoJ menegaskan akan tetap waspada. Adapun risiko kredit dari pinjaman luar negeri umumnya tertahan karena ekonomi luar negeri pulih secara keseluruhan. Namun demikian, ada tanda-tanda penurunan dalam beberapa portofolio yang tampaknya sangat terpengaruh oleh pandemi.

BoJ dalam laporan tengah tahunan yang menganalisis sistem perbankan Jepang menambahkan tes stres menyoroti kerentanan bank-bank Jepang terhadap potensi perubahan pasar yang disebabkan oleh penarikan yang diharapkan dari stimulus moneter AS.

Pasar memperkirakan Federal Reserve akan mengumumkan rencana pengurangan obligasi pada November 2021 dengan beberapa memproyeksikan kenaikan suku bunga pada awal tahun depan.

“Di bawah skenario di mana suku bunga jangka panjang AS naik 100 basis poin dan merugikan negara-negara berkembang, bank-bank besar Jepang dengan operasi global akan melihat rasio kecukupan modal mereka turun menjadi 9,6 persen pada tahun fiskal 2023 dari 12,5 persen saat ini,” pungkas laporan BoJ.

 

 

 

 

 

Sumber : medcom.id
Gambar : Medcom.id

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *