Dua Laga Imbang, Arema FC Tak Gegabah Singgung Klausul Pemecatan Eduardo Almeida

Arema FC menjalani dua pekan Liga 1 2021-2022 dengan hasil yang kurang memuaskan. Diproyeksi menjadi juara musim 2021, tim yang dinahkodai Eduardo Almeida ini hanya mampu bermain imbang selama dua pekan.

Singo Edan bermain imbang 1-1 saat melawan PSM Makassar di pekan pertama dan mendulang skor yang sama saat melawan Bhayangkara FC di pekan kedua.

Hasil ini membuat Eduardo Almeida dibayangi klausul pemecatan yang menyertai dalam kontraknya. Klausul tersebut berbunyi pelatih harus rela diputus sepihak jika kalah beruntun dalam tiga pertandingan kandang.

Namun dengan adanya sistem seri ini kandang tandang ditiadakan sehingga semua pertandingan disetarakan.

Saat disinggung klausul tersebut, General Manajer Arema FC Ruddy Widodo sudah melakukan evaluasi bersama Eduardo Almeida. Karena masih awal dan belum mengalami kekalahan, maka indikator penilaian untuk sementara ini adalah kualitas permainan tim dan lawan yang dihadapi.

Dia mengatakan permainan Arema FC di pekan pertama melawan PSM Makassar sangat memuaskan. Namun di pertandingan kedua melawan Bhayangkara FC memang terjadi penurunan.

Namun dia melihat penurunan tersebut bukan sepenuhnya faktor teknik dan taktik. Ada faktor eksternal dan faktor kualitas lawan yang mempengaruhi penurunan performa permainan Dedik Setiawan CS.

“Kalau saya lihat cara bermainnya teman-teman dan kemarin itu ya faktor waktu pertandingan malam menjadi sore, kemudian karena tim yang dihadapi,” kata Ruddy Widodo.

“Dari pengamatan saya tipe pemain tengah Arema itu kan rata-rata gelandang defense, kecuali Rafli. Itu makanya awal dicoba 4-4-2 dengan Rafli diturunkan di awal.”

“Harapannya ada yang lama menguasai bola tinggal kedepan lancar, tapi analisa di bench kemarin itu mainnya kurang flank, kurang nyayap (melebar seperti sayap),” imbuhnya.

Ruddy Widodo melanjutkan evaluasi yang dihimpun ini sudah mulai dilakukan bersama. Semua aspek tim diperbaiki secara menyeluruh baik teknik, taktik, fisik dan psikis. Termasuk proses adaptasi waktu pertandingan yang sempat merasa jadi kendala.

“Itu juga terjadi waktu bermain di Kanjuruhan (dikandang) main malam ke sore itu ada adaptasi. Tapi kalau dari main sore ke malam itu enak adaptasinya. Itu bukan alasan tapi dari yang sudah-sudah begitu,” pungkas pria berusia 49 tahun.

 

Sumber : kompas.com
Gambar : Kompas Bola

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *