Jubir Satgas Covid-19 Ungkap 3 Hal yang Bisa Bikin Indonesia Merdeka dari Corona

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito memprediksi bahwa virus corona akan terus ada dan menjadi bagian dari hidup masyarakat. Namun, dia mengungkap tiga hal agar Indonesia dapat merdeka dari Covid-19.

“Semangat kemerdekaan ini saya ingin menyampaikan bahwa tujuan dari perang melawan Covid-19 ini adalah merdeka,” ujar Wiku dalam konferensi pers yang dipantau dari Jakarta, Selasa, 17 Agustus kemarin.

Merdeka yang dimaksud Wiku bukan berarti Indonesia dapat lepas seutuhnya dari pandemi Covid-19, akan tetapi dapat hidup berdampingan dan mencapai normal baru demi menuju masyarakat produktif yang aman Covid-19.

“Merdeka bukan diartikan sebagai lepas seutuhnya dari Covid-19. Namun, mencapai kehidupan normal baru demi menuju masyarakat produktif,” kata Wiku dilansir Antara.

Ia menjelaskan modal pertama yang harus dipenuhi yakni soal kepatuhan menerapkan protokol kesehatan. Tidak ada cara yang lebih efektif dan paling mudah dibandingkan patuh memakai masker dan menjaga jarak.

Menurutnya, pencegahan penularan Covid-19 harus dilakukan secara disiplin dan terus-menerus untuk mencapai kehidupan produktif yang aman Covid-19.

Berdasarkan data per 15 Agustus, dilaporkan masih ada sebanyak 25,59 persen desa/kelurahan dengan kepatuhan memakai masker yang rendah. Serta ada 26,21 persen desa/kelurahan di Indonesia dengan kepatuhan menjaga jarak yang rendah.

Data kepatuhan ini, lanjut Wiku, belum sepenuhnya menggambarkan kondisi di lapangan. Karena dari 34 provinsi hanya empat provinsi yang lebih dari 50 persen desa/kelurahan yang melaporkan kepatuhan protokol kesehatan.

“Bahkan sebanyak 11 provinsi atau kurang dari 10 persen desa/kelurahannya yang sudah melapor. Hal ini penting untuk segera diperbaiki agar modal kita semakin kuat dalam menuju Merdeka Covid-19,” jelas Wiku.

Penguatan Kebijakan dan Koordinasi.
Modal kedua yakni penguatan kebijakan dan koordinasi. Menurut Wiku, memasuki 2021 kebijakan penanganan Covid-19 berfokus pada karakteristik, kondisi, dan kesiapan daerah masing-masing.

Pasalnya, Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota. Dengan begitu pendekatan yang dilakukan untuk penanganan Covid-19 dapat berbeda-beda setiap daerahnya.

Penguatan koordinasi melalui posko tingkat desa atau kelurahan menjadi salah satu inovasi yang diyakini masih terbaik dalam menekan laju penularan sejak dari hilir. Pembentukan posko ini akan diperluas di fasilitas publik.

Kendati demikian, pemerintah masih mendapat batu sandungan yang membuat peranan posko ini belum berjalan optimal. Dari sekitar 80.000 desa/kelurahan di Indonesia, baru sekitar 23.000 yang membentuk posko.

Namun, dari angka itu tidak semuanya rutin melaporkan kinerjanya, rata-rata baru sekitar 46 desa/kelurahan di tiap provinsi yang telah melaporkan.

“Tentunya hal ini juga perlu untuk terus ditingkatkan mengingat koordinasi pusat dan daerah merupakan salah satu elemen kunci dalam keberhasilan penanganan Covid-19. Posko juga menjadi tombak pengawasan dan pelaporan kepatuhan protokol kesehatan serta penanganan dini pada tingkatan terkecil,” kata dia.

Modal terakhir adalah kesiapan fasilitas kesehatan. Menurutnya, saat ini kapasitas fasilitas kesehatan sudah jauh bertambah dan lebih baik dibandingkan pada awal pandemi. Hampir 117.000 dari 276.000 atau 42 persen tempat tidur di rumah sakit seluruh Indonesia telah dimanfaatkan untuk penanganan Covid-19.

“Dengan ketiga modal ini, apabila seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah secara disiplin dan konsisten terus menguatkan dan meningkatkannya, maka bukan tidak mungkin kita akan mencapai titik di mana kita merdeka Covid-19, yaitu merdeka untuk melakukan aktivitas dan produktif seperti sediakala dengan tetap aman dari bahaya tertular Covid-19,” kata Wiku.

Sumber : liputan6.com
Gambar : JPNN.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *