“Selangkah Lagi” Harga Emas Bakal Terbang Tinggi

Laju penguatan harga emas dunia sedang tertahan pada perdagangan Selasa (11/5/2021) setelah melesat sepanjang pekan lalu. Meski demikian, “selangkah lagi” harga emas dunia berpeluang terbang tinggi lagi.

Harga emas dunia sepanjang pekan lalu membukukan penguatan 3,5%, dan Senin kemarin naik lagi 0,27% ke US$ 1.835,43/troy ons. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 10 Februari lalu.

Sementara pada perdagangan hari ini pukul 16:33 WIB, emas turun tipis 0,02% ke US$ 1.835,29/troy ons.

Jebloknya dolar Amerika Serikat (AS) serta yield obligasi (Treasury) membuat harga emas dunia mampu melesat. Dolar AS dan yield Treasury sedang mengalami penurunan setelah rilis data tenaga kerja AS Jumat lalu yang menunjukkan kenaikan tingkat pengangguran.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan tingkat pengangguran naik menjadi 6,1% di bulan April, naik dari bulan sebelumnya 6%. Sementara pelaku pasar sebelumnya memprediksi tingkat pengangguran turun menjadi 5,8%.

Hal tersebut memperkuat sikap bank sentral AS (The Fed) yang tidak akan merubah kebijakan ultra-longgar dalam waktu dekat, yang tentunya memberikan tekanan dolar Amerika Serikat (AS) serta yield obligasi (Treasury).

Indeks dolar AS sepanjang pekan lalu turun 1,15% dan mencapai level terendah dan mencapai level terendah sejak 25 Februari. Hingga hari ini, indeks dolar AS masih terus menurun meski tipis-tipis. Kemudian, pada yield Treasury 5,2 basis poin ke 1,579%.

Selain itu menyebabkan dolar AS dan yield Treasury merosot, kebijakan ultra-longgar The Fed, dengan suku bunga rendah 0,25%, dan program pembelian obligasi (quantitative easing/QE) senilai US$ 120 miliar per bulan merupakan bahan bakar emas untuk menguat.

Pada tahun lalu, kebijakan The Fed tersebut membawa emas mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus 2020.

Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, mengatakan data tenaga kerja yang mengecewakan membuat hilangnya ekspektasi The Fed akan mulai mengurangi nilai program QE di akhir tahun ini. Ia juga mengatakan emas akan terus menguat akibat penurunan yield Treasury.

Hansen memperkirakan harga emas dunia baru akan melesat jika mampu melewati US$ 1.850/troy ons.

Seperti yang diungkapkan Hansen, secara teknikal rerata pergerakan 200 hari (moving average/MA 200) yang menjadi penghalang laju emas. MA 200 berada di kisaran US$ 1.850/troy ons, dan emas berada di dekat level tersebut. Artinya “selangkah lagi” jika mampu melewati dan bertahan di atas level tersebut emas berpotensi melesat lebih tinggi.

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah berada wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Sehingga MA 200 dan stochastic yang overbought menjadi resisten yang kuat.

Sebelumnya, emas mampu menguat setelah berhasil melewati neckline pola Double Bottom di kisaran US$ 1.755/troy ons pada 15 April lalu. Hingga saat ini emas mampu bertahan di atas level tersebut, meski masih tertahan di bawah US$ 1.800/troy ons.

Bottom pola ini berada di kisaran US$ 1.676/troy ons. Dari level tersebut hingga ke neckline sebesar US$ 79, sehingga ketika neckline ditembus secara konsisten emas berpeluang naik dengan besar yang sama.

Artinya, target penguatan emas ke US$ 1.855/troy ons. Ketika target penguatan tersebut tercapai, emas juga akan melewati MA 200, sehingga berpotensi melesat lebih tinggi lagi.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Bisnis Tempo.co

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *