Dukung Pemulihan AS, The Fed Pertahankan Suku Bunga Rendah

Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga rendah yakni di kisaran 0 persen hingga 0,25 persen. Keputusan itu diambil melalui rapat Federal Open Markets Committee (FOMC) pada 16-17 Maret 2021.

Melansir CNN Business, Kamis (18/3), pejabat The Fed menegaskan bank sentral akan menggunakan seluruh instrumen moneter untuk mendukung pemulihan ekonomi AS akibat pandemi covid-19. Namun, The Fed memberikan pernyataan bernada agak hawkish yakni siap untuk menyesuaikan kebijakan moneter apabila risiko muncul.

Salah satu risiko yang dimaksud berupa lonjakan inflasi. The Fed memprediksi tingkat inflasi AS bergerak lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang meski sementara. Risiko lainnya berupa perkembangan kesehatan masyarakat akibat pandemi, pasar tenaga kerja, dan kondisi pasar keuangan.

Pada Desember, The Fed memprediksi tingkat inflasi berada di 2,4 persen, atau lebih tinggi dari perkiraan mereka sebelumnya yakni 1,8 persen.

Proyeksi itu juga sedikit di atas target bank sentral sekitar 2 persen. Namun, The Fed memastikan kondisi tersebut bukan alasan untuk khawatir, lantaran kenaikan harga diramal hanya bersifat sementara.

Namun, kalangan investor khawatir bahwa The Fed nantinya terpaksa menaikkan suku bunga lebih cepat dari proyeksi pasar untuk menanggapi lonjakan inflasi.

Di sisi lain, kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS terhenti usai pengumuman bank sentral. Sebelumnya, yield obligasi melonjak ke posisi tertinggi selama 13 bulan yakni di level 1,67 persen pada pekan ini.

Sementara itu, pasar saham merespons kebijakan suku bunga The Fed dengan kenaikan. Tercatat, Dow Jones ditutup di atas level 33.000 untuk pertama kalinya.

Menurut perkiraan konsensus Fed, atau dot plot, bank sentral diprediksi tidak mengerek suku bunga sepanjang tahun ini. Namun, empat pejabat The Fed memproyeksikan suku bunga bergerak lebih tinggi pada 2022 mendatang. The Fed juga belum memberikan tanda untuk mengakhiri pembelian aset.

“Kami telah mengatakan bahwa kami akan melanjutkan pembelian aset sampai kami melihat kemajuan substansial,” kata Gubernur The Fed Jerome Powell.

Selanjutnya, pejabat The Fed memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) AS tumbuh 6,5 persen tahun ini, atau lebih dari proyeksi Desember lalu yakni 4,2 persen. The Fed menuturkan program vaksinasi, bersamaan dengan stimulus AS senilai US$1,9 triliun menjadi dorongan untuk pemulihan ekonomi AS.

Sementara itu, tingkat pengangguran diperkirakan turun menjadi 4,5 persen pada akhir tahun, atau lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 5 persen.

Selanjutnya, tingkat pengangguran diprediksi turun kembali di 3,5 persen pada 2023. Sedangkan, pada Februari, tingkat pengangguran AS tercatat mencapai 6,2 persen.

Meski demikian, Powell menegaskan bahwa angka pengangguran secara keseluruhan tidak mencerminkan jumlah total orang yang berhenti bekerja karena pandemi, termasuk mereka yang keluar dari angkatan kerja.

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Bareksa

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *