Will Smith Ingin Terjun ke Dunia Politik

Will Smith mengatakan dirinya berminat untuk terjun ke ranah politik, meskipun tak dalam waktu dekat. Menurutnya, ia memiliki kemampuan dalam bidang pemerintahan dan politik.

Hal itu ia ungkapkan kala menjadi bintang tamu Pod Save America yang turut dipandu oleh Jon Favreau. Dalam acara itu, Smith mengaku bahwa dirinya tak sepenuhnya menolak ide pencalonan diri.

“Saya pikir untuk saat ini saya akan membiarkan situasi menjadi lebih bersih sedikit dan kemudian saya akan mempertimbangkannya pada suatu saat nanti,” kata Will Smith.

“Saya jelas memiliki sebuah pendapat, saya optimis, saya penuh harapan, saya percaya pada pemahaman antar orang dan saya percaya peluang hidup dalam harmoni,” lanjutnya.

“Saya pasti akan melakukan bagian saya, apakah dalam dunia seni atau, pada momen tertentu, menjelajah ke arena politik,” kata Will Smith.

Will Smith juga membahas soal masalah rasialisme yang masih menghantui kehidupan sosial di Amerika Serikat. Ia mengungkapkan pengalamannya menghadapi hal tersebut dalam acara yang sama.

“Saya pernah disebut [kata berhuruf N] di depan wajah saya mungkin lima atau enam kali. Dan untungnya bagi jiwa saya, saya tidak pernah dipanggil [kata berhuruf N] oleh orang pintar,” kata Smith.

“Saya tumbuh dengan kesan bahwa rasialis dan rasisme itu bodoh, dan mereka mudah ditaklukkan. Saya hanya harus lebih pintar sekarang karena mereka sangat berbahaya,” lanjutnya.

“Saya tidak pernah memandang mata seorang rasialis dan melihat apa pun yang saya anggap sebagai tindakan cerdas,” katanya.

Tema rasialisme bukan kali ini dilirik Will Smith. Pada September lalu, ia dan Jay-Z berkolaborasi sebagai produser serial mini bertajuk Women of the Movement yang diadaptasi dari kisah nyata. Mereka akan ditemani Aaron Kaplan yang sudah sering menjadi produser serial.

Women of the Movement mengisahkan Mamie Till Mobley yang mencari keadilan atas kematian anaknya, Emmett Till. Pada 1955 Emmett dibunuh setelah dituduh mengganggu wanita kulit putih.

Kematian Emmett kala itu menjadi simbol pergerakan dalam memperjuangkan hak asasi manusia. Gerakan itu menghasilkan Undang-Undang Hak Suara dan Undang-Undang Hak Sipil pada 1965 silam.

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *