Harga Emas Belum Bisa Naik Kencang, Ini Biang Keroknya

Harga emas sedang berada di fase konsolidasi. Kendati melemah pada perdagangan pagi ini, Jumat (22/1/2021) harga emas masih belum banyak beranjak dari level penutupan kemarin.

Emas masih stabil ditransaksikan di atas US$ 1.850/troy ons di pasar spot. Pada 09.05 WIB harga emas turun 0,3% ke level US$ 1.864,4/troy ons.

Pelantikan Joe Biden sebagai presiden AS ke-46 membuat harga emas melesat. Pelaku pasar melihat peluang yang besar bahwa stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun akan bisa digoalkan. Kombinasi Biden, Janet Yellen dan Kongres yang dikuasai oleh Partai Demokrat memang memungkinkan hal itu terjadi.

Ditambah dengan kebijakan bank sentral Federal Reserves (The Fed) yang akomodatif lewat suku bunga rendah dan program pembelian aset senilai US$ 120 miliar per bulan yang dikenal dengan quantitative easing (QE) membuat likuiditas di sistem keuangan menjadi ample.

Dalam pandangan kaum monetarist secara teori peningkatan pasokan uang hanya akan menimbulkan inflasi apalagi dalam kondisi seperti sekarang ini ketika lockdown banyak diterapkan di berbagai negara untuk menekan penyebaran pandemi Covid-19 yang berakibat pada tingkat utilisasi pabrik yang lebih rendah dari normal.

Emas sebagai salah satu aset lindung nilai diuntungkan dengan potensi kenaikan inflasi. Apalagi jika melihat biaya peluang untuk memegang aset investasi lain seperti obligasi pemerintah AS yang memberikan imbal hasil riil negatif, saham yang valuasinya dinilai terlalu tinggi hingga volatilitas Bitcoin yang liar.

Kondisi ini semua masih mendukung harga emas untuk menguat ke depannya. Vaksinasi juga belum sepenuhnya bisa mengangkat kinerja perekonomian global sehingga masih butuh waktu untuk bisa kembali pulih.

Namun di sisi lain terpilihnya Joe Biden sebagai presiden AS juga dinilai bakal membawa prospek pertumbuhan yang lebih positif untuk AS. Hal ini memungkinkan untuk dolar AS menjadi naik. Greenback merupakan musuh bagi emas. Ketika dolar AS menguat maka harga emas cenderung tertekan.

Pelaku pasar masih membutuhkan waktu untuk melihat data-data ekonomi terbaru. Sampai saat ini outlook perekonomian masih penuh ketidakpastian meski tahun ini banyak yang optimis akan lebih positif dibanding tahun lalu.

Bagaimanapun jika kinerja ekonomi dan aset-aset investasi masih akan dipengaruhi oleh seberapa cepat virus Corona menyebar luas, seberapa cepat vaksinasi dilakukan, dan kemampuan pemerintah untuk menggelontorkan stimulus.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Radar Solo

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *