Wabah Covid-19 Makin Parah, Lebanon Tetapkan Status Keadaan Darurat

Pemerintah Lebanon memperketat lockdown akibat pandemi virus korona. Mereka menetapkan status keadaan darurat dan menerapkan jam malam penuh selama 24 jam.

Pernyataan oleh Dewan Pertahanan Tertinggi mengatakan, jam malam akan berlaku pukul 5.00 pagi pada Kamis 14 Januari dan berlangsung hingga 25 Januari.

Tindakan yang diumumkan dengan tergesa-gesa mendorong warga bergegas membeli bahan pokok di toko bahan makanan, yang tutup untuk pembeli kecuali untuk pengiriman. Pengguna Twitter pada Senin mengunggah foto rak kosong di toko-toko di seluruh negeri itu.

Di bawah pembatasan baru, perbatasan darat dan laut ditutup untuk pendatang baru demi mengatasi masuknya lebih banyak lagi kasus covid-19. Pelancong udara dari Kairo, Istanbul, Adana, Addis Ababa dan Baghdad, diharuskan untuk tinggal di hotel selama tujuh hari dengan biaya sendiri, dan menjalani tes setelah kedatangan mereka pada hari keenam.

“Kami telah melihat pemandangan bencana dari warga di depan rumah sakit yang mencari tempat duduk atau tempat tidur,” kata Presiden Michel Aoun dalam pertemuan virus korona pada Senin, seperti dilaporkan Kantor Berita Nasional Lebanon.

“Tindakan radikal harus diambil agar kita dapat mengurangi konsekuensi bencana dari wabah virus korona,” tegas Aoun, seperti dikutip Al-Monitor, Selasa 12 Januari 2021.

Kementerian Kesehatan Masyarakat pada Senin mengumumkan 3.095 kasus baru dan 23 kematian, meningkatkan total infeksi negara selama pandemi menjadi lebih dari 222.000. Bulan lalu, pejabat kesehatan mengonfirmasi kasus pertama varian virus korona baru Lebanon yang muncul di Inggris dan berpotensi lebih menular.

Pemerintah Lebanon pekan lalu mengumumkan penguncian 25 hari di seluruh Lebanon -,yang ketiga di negara itu tahun ini,- yang mencakup jam malam dari pukul 18:00 hingga 05:00. Di bawah pembatasan tersebut, lalu lintas jalan dikurangi, restoran ditutup untuk makan secara langsung, dan sekolah serta universitas harus beroperasi dari jarak jauh.

Perdana Menteri Hassan Diab menggambarkan situasi saat ini sebagai “menakutkan” dan menyalahkan “sikap keras kepala” dari individu yang tidak mematuhi langkah-langkah penguncian awal.

“Mari kita akui juga bahwa penegakan tindakan ini tidak sebanding dengan tingkat risikonya,” tambah Diab.

Negara kecil Mediterania tersebut memberlakukan penguncian pada Maret, di mana warga dan penduduk dapat meninggalkan rumah mereka hanya untuk makanan dan kebutuhan pokok. Pada November, Lebanon menerapkan penguncian selama dua minggu karena ketersediaan tempat tidur rumah sakit berkurang dan beban kasus meningkat.

Pejabat kesehatan memperingatkan lonjakan infeksi baru dapat membanjiri rumah sakit yang sudah kehabisan tempat tidur dan sumber daya. Ledakan besar yang melanda Beirut pada Agustus ini menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur kesehatan kota, menyebabkan lebih dari setengah rumah sakit tidak dapat berfungsi.

Direktur rumah sakit swasta di Lebanon utara, Kayssar Mawad mengatakan bahwa stafnya sekarang menolak pasien.

“Ini masa yang sulit. Kami menolak banyak kasus. Tidak ada tempat, tidak ada respirator lagi,” pungkas Mawad.

 

 

Sumber : medcom.id
Gambar : Medcom.id

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *