Untung Ada Trump, Harga Minyak Masih Aman di Atas US$ 50

Pelaku pasar masih terus mencermati perkembangan terbaru pandemi Covid-19 yang menyebabkan permintaan terhadap bahan bakar mengalami penurunan di tahun 2020 ini.

Munculnya varian baru virus Corona yang kemudian disebut sebagai VUI 202012/1 di Inggris membuat harga kontrak futures minyak mentah Brent sempat turun ke bawah US$ 50/barel.

Varian baru tersebut diklaim 70% lebih menular ketimbang varian yang awal ditemukan dan dikaitkan dengan peningkatan kasus harian Covid-19 di Inggris yang signifikan.

Perdana Menteri Boris Johnson pada akhirnya memutuskan untuk memperketat lockdown. Kabar munculnya varian baru yang lebih menular tersebut juga membuat banyak negara beramai-ramai menutup diri dari Inggris.

Sayangnya varian baru tersebut tidak hanya ditemukan di Inggris, sejumlah negara lain seperti Italia, Belanda dan Australia juga sudah melaporkan penemuan varian tersebut.

Penelitian masih terus dilakukan oleh para ilmuwan untuk membuktikan apakah benar varian tersebut lebih menular dan apa dampaknya terhadap efektivitas vaksin yang saat ini dikembangkan.

Sentimen ini masih membebani pasar minyak sampai saat ini. Senin (28/12/2020), harga kontrak futures minyak mentah masih tertekan. Kontrak Brent turun 0,12% ke US$ 51,23/barel dan kontrak West Texas Intermediate (WTI) melemah tipis 0,06% ke US$ 48,2/barel.

Harga minyak tak terkoreksi banyak menyusul sentimen positif yang datang dari Washington DC. Presiden Donald Trump dikabarkan akhirnya meneken RUU stimulus fiskal jilid II menjadi UU setelah berhari-hari mengancam tak akan mengesahkannya karena nominal yang dirasa terlalu kecil.

Adanya stimulus diharapkan mampu mendongkrak perekonomian yang berujung pada kenaikan permintaan bahan bakar sehingga juga ikut menjadi katalis positif untuk harga minyak.

Dalam komentarnya yang akan dipublikasikan pada hari Jumat Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa Moskow memandang harga minyak antara US$ 45 dan US$ 55 per barel sebagai tingkat optimal untuk memungkinkan pemulihan produksi minyaknya.

Rusia sebagai salah satu produsen minyak terkemuka anggota OPEC+, setuju untuk mengurangi produksi guna mendukung pasar minyak global karena pandemi Covid-19 telah melemahkan permintaan bahan bakar.

Sejak kesepakatan mengenai rekor pemangkasan pasokan global diteken pada bulan April, OPEC+ telah secara progresif mengurangi pemangkasan dan diharapkan bakal meningkatkan output sebesar 500.000 barel per hari mulai Januari tahun 2021.

Para kartel minyak tersebut rencananya bakal mengadakan pertemuan puncak secara daring pada 4 Januari. Dalam pertemuan tersebut para anggota diharapkan untuk membahas apakah akan melepaskan 500.000 barel per hari lagi pada bulan Februari.

“Jika situasi tetap normal dan stabil, kami akan mendukung posisi ini (naik 500.000 bpd),” kata Novak kepada wartawan pada briefing yang diadakan di markas pemerintah, sebagaimana diwartakan Reuters.

Dia mengatakan Rusia mendukung peningkatan produksi secara bertahap untuk menghindari guncangan di pasar. OPEC+ awalnya setuju untuk meningkatkan produksinya sebesar 2 juta barel per hari mulai Januari, tetapi memutuskan kenaikan yang lebih kecil pada pertemuannya awal bulan ini.

OPEC+ setuju untuk memangkas produksi gabungannya hampir 10 juta barel per hari, atau 10% dari permintaan global sebelum krisis, pada bulan April. Dari jumlah itu, Rusia berjanji untuk memotong lebih dari 2 juta barel per hari.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Medcom.id

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *