Harga Minyak Tertahan, Corona Mengganas Lagi & Tunggu OPEC+

Pasar minyak mentah masih akan diwarnai dengan tarik ulur sentimen antara lonjakan kasus Covid-19 dan perkembangan vaksin. Di saat yang sama pasar sedang menanti kebijakan kelompok produsen minyak yang tergabung dalam OPEC+.

Harga kontrak minyak yang teraktif ditransaksikan mengalami pelemahan pada perdagangan pagi waktu Asia Kamis (19/11/2020). Harga kontrak Brent turun 0,11% ke US$ 44,29/barel dan untuk kontrak West Texas Intermediate (WTI) drop 0,33% ke US$ 41,68/barel.

Kemarin harga minyak juga terkoreksi di perdagangan pagi. Namun ditutup dengan apresiasi di akhir setelah data stok minyak mentah AS versi pemerintah menunjukkan adanya kenaikan yang lebih rendah dari data asosiasi industri (API) dan perkiraan analis.

API melaporkan stok minyak mentah AS pekan lalu bertambah sebesar 4,17 juta barel. Sementara konsensus pasar memperkirakan stok akan naik 1,7 juta barel saja. Kenyataannya stok minyak mentah hanya naik 768 ribu barel saja menurut EIA.

Bahkan stok minyak distilat yang termasuk di dalamnya ada minyak diesel justru drop signifikan minggu lalu. Stok minyak jenis ini turun hingga 5,2 juta barel pekan lalu.

Meskipun ada penurunan stok di AS yang membuat harga minyak terangkat semalam, kasus infeksi Covid-19 yang terus meningkat disertai dengan berbagai kebijakan pembatasan seperti lockdown membuat prospek minyak menjadi suram.

“Penyebaran infeksi virus korona dan pembatasan baru di Amerika Serikat dan bagian lain dunia memukul sentimen pasar karena akan menghambat permintaan bahan bakar,” kata Kazuhiko Saito, kepala analis di Fujitomi Co, melansir Reuters.

Kenaikan output minyak Libya ke level 1,2 juta barel per hari (bph) juga menjadi ancaman besar kalau surplus pasokan akan kembali terjadi dan harga emas bisa terjun bebas.

“Namun, kekhawatiran yang masih ada atas kelebihan pasokan global, terutama ketika ekonomi terkena Covid-19, kemungkinan akan membatasi kenaikan harga minyak,” kata Saito Fujitomi.

Lebih lanjut ia memprediksi WTI akan diperdagangkan antara US$ 40 dan US$ 42 per barel sampai pertemuan OPEC+ digelar akhir bulan ini, tepatnya pada 30 November – 1 Desember nanti.

OPEC+ dikabarkan mengurungkan niatnya untuk menurunkan volume pemangkasan produksi dari 7,7 juta barel per hari (bph) menjadi 5,7 juta bph mulai Januari nanti.

Opsi yang saat ini banyak diminati adalah OPEC+ tetap mempertahankan volume pemangkasan produksi di level sekarang untuk tiga hingga enam bulan ke depan terhitung sejak awal tahun nanti.

“Kurangnya rekomendasi memaksa pasar untuk menunggu episode berikutnya sebelum merasa nyaman lagi,” kata Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak di Rystad Energy. “Kita akan kelebihan pasokan selama beberapa bulan jika OPEC+ meningkatkan produksi mulai Januari.” tambahnya.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Market Bisnis.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *