Terbang Lagi, Baru Half Time Transaksi IHSG Sentuh Rp 6,5 T

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi pertama Rabu (14/10/20) ditutup hijau 0,30% di level 5.148,07. Kenaikan IHSG hari ini terjadi meskipun Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan GDP Indonesia.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 29 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi hari ini sangat jumbo menyentuh Rp 6,5 triliun.

Saham dengan nilai transaksi paling besar merupakan saham-saham yang terlibat dalam merger bank syariah BUMN seperti PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS) dengan total transaksi Rp 338 miliar, sister company-nya PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) dengan transaksi mencapai Rp 428 miliar, dan induk usaha kedua emiten tersebut PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan transaksi Rp 379 miliar.

Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan jual bersih sebesar Rp 4 miliar dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 22 miliar.

Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan beli bersih sebesar Rp 63 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan net buy sebesar Rp 77 miliar.

Dana Moneter Internasional (IMF) telah merilis proyeksi ekonomi terbaru. Dalam laporan berjudul A Long and Difficult Ascent tersebut, IMF merevisi ‘ramalan’ pertumbuhan ekonomi global dan sejumlah negara.

IMF kini memperkirakan ekonomi dunia pada 2020 mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) 4,4%. Membaik dibandingkan proyeksi yang dirilis pada April lalu yaitu -4,9%.

“Ekonomi dunia perlahan mulai keluar dari jurang terdalam. Namun dengan virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang masih menyebar, beberapa negara mulai mengerem pembukaan kembali aktivitas publik (reopening) dan sebagian bahkan mulai menerapkan karantina wilayah (lockdown) skala lokal. Perjalanan pemulihan ekonomi dunia ke level pra-pandemi masih panjang dan rentan berbalik arah,” tulis laporan itu.

Saat ekonomi dunia diperkirakan membaik bagaimana dengan Indonesia? Apakah IMF juga menaikkan proyeksi ekonomi Tanah Air?

Sayangnya tidak. Lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat/AS) itu malah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pada Juni lalu, IMF memperkirakan ekonomi Indonesia terkontraksi 0,3% pada tahun ini. Dalam laporan Oktober, proyeksinya memburuk menjadi kontraksi 1,5%.

“Hampir seluruh negara berkembang diperkirakan mencatat kontraksi ekonomi tahun ini. Sementara negara seperti India dan Indonesia tengah berjuang untuk membuat pandemi lebih terkendali,” tulis laporan IMF.

Beralih ke Wall Street, tiga indeks utama ditutup melemah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) terkoreksi 0,55%, S&P 500 turun 0,63%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,1%.

Muncul berita kurang menggembirakan seputar pengembangan vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Uji coba vaksin buatan Johnson & Johnson dihentikan sementara karena ada laporan salah satu relawan merasakan efek samping.

“Butuh beberapa hari untuk mengumpulkan informasi dan melakukan evaluasi,” kata Mathai Mammen, Kepala Riset dan Pengembangan Johnson & Johnson, seperti dikutip dari Reuters.

Dinamika ini membuat investor cemas. Kalau rilis vaksin anti-virus corona tertunda, maka ekonomi akan sulit dibangkitkan karena masyarakat belum merasa aman untuk beraktivitas di luar rumah. Resesi jadi semakin susah diakhiri.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Bisnis.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *