Dilirik Investor, Dolar AS Unjuk Kekuatan

Kurs dolar AS menguat pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB). Penguatan dapat terjadi karena para pedagang terus mencari tempat berlindung yang aman di tengah kegelisahan di pasar keuangan akibat ketidakpastian pemulihan ekonomi.

Mengutip Xinhua, Rabu, 23 September 2020, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,36 persen pada 93,9916. Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi USD1,1704 dari USD1,1754 pada sesi sebelumnya, dan poundsterling Inggris turun menjadi USD1,2733 dari USD1,2795 pada sesi sebelumnya.

Dolar Australia turun menjadi USD0,7166 dibandingkan dengan USD0,7206. Dolar AS dibeli 104,92 yen Jepang, lebih tinggi dibandingkan dengan 104,78 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9198 franc Swiss dibandingkan dengan 0,9152 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3309 dolar Kanada dibandingkan dengan 1,3318 dolar Kanada.

Di sisi lain, bursa saham Amerika Serikat menguat pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB). Katalis positif datang berupa jaminan kebijakan dari seorang pejabat the Fed teratas menyusul penurunan bursa saham Wall Street dalam tiga sesi sebelumnya.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 140,48 poin atau 0,52 persen menjadi 27.288,18. Sedangkan S&P 500 naik 34,51 poin atau 1,05 persen menjadi 3.315,57. Kemudian indeks Komposit Nasdaq naik 184,84 poin atau 1,71 persen menjadi 10.963,64.

Sebanyak delapan dari 11 sektor di bawah S&P 500 memperoleh keuntungan, dipimpin oleh kebijakan konsumen, layanan komunikasi, dan sektor teknologi. Sementara itu, sektor energi, keuangan, dan kesehatan jatuh karena kewaspadaan investor.

Perusahaan Tiongkok yang terdaftar di AS sebagian besar diperdagangkan lebih tinggi, dengan tujuh dari 10 saham teratas berdasarkan bobot dalam indeks 50 Tiongkok yang terdaftar di S&P AS mengakhiri hari dengan catatan optimistis.

Sementara itu, aksi jual pada Senin waktu setempat (Selasa WIB) didorong oleh kekhawatiran penguncian baru, politik AS, meningkatnya ketegangan AS-Tiongkok, dan tekanan yang dihadapi sektor perbankan, menurut catatan penelitian oleh UBS AG.

“Ketegangan tidak akan mereda menjelang pemilihan umum AS pada awal November, mengurangi kemungkinan stimulus baru dalam dua bulan mendatang,” kata Kepala Investasi UBS Global Wealth Management Mark Haefele dalam catatannya.

 

 

 

 

 

Sumber : medcom.id
Gambar : WowKeren.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *