Benyamin Sueb, Si Biang Kerok yang Muncul di Google Doodle

Tepat 25 tahun lalu, Benyamin Sueb tutup usia, meninggalkan jejak karya legendaris yang membuat sosoknya akan terus dikenang hingga menjadi Google Doodle hari ini, Selasa (22/9).
Jejak karya Benyamin di dunia seni sudah terlihat sejak awal medio 1960-an. Saat itu, Benyamin bersama teman-teman sekampungnya di Kemayoran membentuk kelompok musik bernama Melody Boys.

Jauh sebelum film Biang Kerok dirilis, Benyamin dan Melody Boys sudah menjadi “biang kerok” karena memainkan musik barat di beberapa penampilan mereka, salah satunya yang diceritakan dalam buku Kompor Mleduk: Benyamin S, Perjalanan Karya Legenda Seni Pop Indonesia.

Dalam buku itu, sang penulis menceritakan bahwa Melody Boys dicecar seorang wartawan karena membawakan lagu barat. Takut bernasib sama dengan Koes Ploes, mereka pun akhirnya memainkan lagu keroncong.

Di awal karier Benyamin, situasi politik dalam negeri memang sedang panas. Pada 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan manifesto politik yang kemudian dijadikan sebagai Garis Besar Haluan Negara oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara.

Atas dasar tersebut, Pemerintah Orde Lama melarang beragam jenis musik barat yang kerap disebut-sebut dengan istilah ngak-ngik-ngok.

Namun ternyata, kejadian dalam buku itu malah memecut Benyamin untuk meningkatkan derajat lagu-lagu Betawi.

“Kalau tidak ada larangan Bung Karno, saya barangkali tidak akan pernah menjadi penyanyi lagu-lagu Betawi,” kata Benyamin dalam salah satu wawancara.

Benyamin mulai menanjak menuju puncak popularitas setelah bergabung dengan kelompok Naga Mustika yang memainkan gambang kromong.

Mereka memadukan instrumen modern, seperti gitar listrik dan bass, dengan alat musik tradisional, mulai dari gambang hingga gendang.

Kehadiran Naga Mustika beriringan dengan kemunculan Orde Baru, di mana para musisi gambang kromong semakin berani menunjukkan jati diri. Nama Naga Mustika kian melambung setelah Ida Royani bergabung.

Bang Ben, demikian Benyamin akrab disapa, semakin terkenal setelah berduet dengan Bing Slamet dalam lagu Nonton Bioskop.

Sukses di dunia musik, Bang Ben mulai merambah seni peran dalam layar lebar. Nama Bang Ben pun terus menanjak setelah membintangi sejumlah film, seperti Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), Intan Berduri (1972), dan Si Doel Anak Betawi (1973) yang disutradarai Sjuman Djaja.

Kebolehan Bang Ben dalam bermain peran sangat diakui, terbukti dengan piala Citra kategori Pemeran Utama Terbaik yang ia sabet setelah membintangi Intan Berduri.

Setelah berkarya bertahun-tahun, nama Bang Ben mulai dikenal generasi muda setelah berperan sebagai Babe dalam serial televisi Si Doel Anak Sekolahan.

Ia juga masih terus menekuni bidang musik. Pada 1992, Bang Ben membentuk grup Al-Haj bersama sederet musisi kenamaan, seperti Harry Sabar, Keenan Nasution, dan Odink Nasution.

Menjelang akhir hayat Bang Ben, Al-Haj merilis album perdana bertajuk Biang Kerok yang berisi sepuluh lagu, termasuk Biang Kerok dan Dingin-dingin.

Beberapa tahun kemudian, Bang Ben tutup usia pada tanggal 5 September 1995 akibat serangan jantung usai bermain sepak bola.

Meski sudah tiada, nama Benyamin Sueb terus dikenang, terutama karena jasanya membangkitkan kembali kebudayaan Betawi.

Pengamat musik yang sudah berpulang, Denny Sakrie, mengenang Benyamin dalam bukunya, 100 Tahun Musik Indonesia, dengan mengutip perkataan musisi Mus Mualim.

“Hanya satu yang tidak diketahui orang tentang Benyamin. Dia menghidupkan lagu Betawi yang nyaris mati. Itu jasanya,” katanya.

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Tribunnews.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *