Pandemi Kian Meluas, IEA Pangkas Prospek Permintaan Minyak

Badan Energi Internasional (International Energy Association/IEA) memperkirakan permintaan minyak global masih akan melemah dalam beberapa bulan mendatang seiring dengan terus bertambahnya kasus positif Covid-19 di banyak negara dan telah memaksa kembali dilakukan pembatasan wilayah.

Sebelumnya lembaga ini menyebut telah ada pemulihan dari level permintaan yang rendah di April, ketika sebagian besar negara memberlakukan lockdown untuk memperlambat penyebaran virus asal Wuhan, China itu.

Namun dalam laporan bulanan terbaru, lembaga berbasis di Paris ini menyatakan bahwa pemulihan permintaan telah melambat secara nyata pada paruh kedua tahun 2020.

“Perlambatan ekonomi akan memakan waktu berbulan-bulan untuk pulih sepenuhnya, sementara sektor-sektor tertentu seperti penerbangan tidak mungkin kembali ke tingkat konsumsi sebelum pandemi bahkan tahun depan,” tulis IEA, dikutip Rabu (15/9/2020).

Lebih lanjut, IEA mengatakan bahwa potensi gelombang kedua Covid-19 dapat mendorong pemerintah memberlakukan pembatasan baru pada pergerakan warga. Hal tersebut, yang termasuk dengan aturan kerja dari rumah, bisa berkontribusi pada penurunan permintaan bahan bakar.

“Konsumsi tetap sekitar 10,7 juta barel per hari di bawah level 2019 karena dampak tindakan pencegahan virus untuk transportasi, penggunaan teleworking dan krisis ekonomi yang diakibatkan oleh virus,” tulis IEA.

“Dengan musim dingin di belahan bumi utara yang akan datang, kita akan memasuki wilayah yang belum dipetakan terkait dengan virulensi Covid-19.”

Dalam laporan bulanan, IEA memangkas prospek pertumbuhan permintaan minyak dunia menjadi 91,7 juta barel per hari (bph). Itu menandai kontraksi 8,4 juta barel per hari secara year on year. Prediksi penurunan ini lebih besar dari prediksi sebelumnya di Agustus yakni 8,1 juta barel per hari.

“IEA telah memangkas perkiraan untuk rata-rata permintaan minyak 2020, yaitu turun 8,4 juta barel per hari (bph) atau 8,4% dari tahun lalu, menjadi 91,7 juta bph,” tulis laporan IEA.

“Kami memperkirakan pemulihan dalam permintaan minyak melambat secara nyata pada paruh kedua tahun 2020,” kata IEA.

Data CNBC mencatat, harga minyak mentah patokan internasional yakni Brent diperdagangkan pada level US$ 40,21 per barel pada Selasa pagi kemarin, naik sekitar 1,5%, sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi patokan pasar AS di level US$ 37,90/barel, naik sekitar 1,7%.

Namun harga minyak dunia telah turun sekitar 40% sejak awal tahun.

“Saya pikir pesan utama yang kami sampaikan dalam laporan ini adalah bahwa sentimen tampaknya melemah,” kata Neil Atkinson, Kepala Divisi Industri dan Pasar Minyak di IEA, dalam “Street Signs Europe” di CNBC.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Rmol.id

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *