Ekonomi AS Terus Tertekan, Rupiah Menguat ke Level 14.511 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Jumat Pagi ini memang dolar AS masih menunjukkan pelemahan terhadap mata uang pasar berkembang

Mengutip Bloomberg, Jumat (24/7/2020), rupiah dibuka di angka 14.525 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.580 per dolar AS.

Sejak lagi pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.511 per dolar AS hingga 14.585 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 5,19 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah menguat ke 14.614 per dolar AS dari patokan sebelumnya yang ada di angka 14.669 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada hari ini melanjutkan tren positif.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat, mengatakan, pagi ini dolar AS masih menunjukkan pelemahan terhadap mata uang pasar berkembang dan juga terhadap mata uang utama dunia.

“Pelemahan kemungkinan karena kekhawatiran pasar terhadap kondisi penularan COVID-19 yang masih terus meningkat dan masih berpotensi memburuk di AS yang bisa menekan laju pemulihan ekonomi AS,” ujar Ariston dikutip dari Antara.

Memanasnya hubungan AS dengan China karena isu penutupan konsulat China di Houston, AS, juga turut menekan dolar AS sementara ini.

Perekonomian AS dinilai bisa merugi bila konflik merembet ke masalah ekonomi dengan China.

“Rupiah bisa melanjutkan penguatan karena hal di atas dengan potensi kisaran 14.500-14.650 per dolar AS,” kata Ariston.

Tapi di sisi lain, lanjut Ariston, pasar bisa segera beralih pandangan bila isu di atas juga dianggap mengganggu pemulihan ekonomi global yang bisa menyebabkan harga aset berisiko tertekan turun termasuk rupiah.

Jaga Stabilitas Rupiah, BI Tak Perlu Turunkan Suku Bunga Acuan Lagi

Sebelumnya, Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, BI ke depan tak perlu menurunkan lagi memangkas suku bunga acuan. Itu dilakukan untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah yang terus melemah saat ini.

Josua mengatakan, kemungkinan Bank Indonesia untuk memperkecil suku bunga acuan ke depan jadi semakin sempit, lantaran telah memotong sebanyak 100 basis poin (bps) sebanyak 4 kali pada tahun ini.

Sebagai catatan, penetapan angka suku bunga 4 persen pada bulan ini juga merupakan yang terendah sepanjang sejarah.

“Menurut saya, ruang penurunan suku bunga acuan BI kedepannya semakin terbatas. Mengingat BI sudah menurunkan suku bunga acuan sebesar 100 bps dari bulan Januari hingga Juli 2020 ini,” kata Josua kepada Liputan6.com.

Penurunan suku bunga acuan BI tersebut juga disebutnya mengindikasikan penurunan effective policy rate Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) terus menyusut. Hal itu dapat berpotensi mempengaruhi daya tarik aset keuangan dalam denominasi rupiah.

Jika bank sentral tetap memangkas BI7DRR di bukan berikutnya, Josua meneruskan, maka nilai tukar rupiah akan semakin terancam. Mengingat saat ini rupiah terus bergerak cenderung melemah di kisaran 14.700-14.800 per dolar AS.

“Oleh sebab itu dalam rangka menjaga stabilitas rupiah, BI perlu mendorong daya tarik investasi di pasar keuangan domestik, dengan mempertahankan suku bunga acuan BI di level saat ini,” imbuh Josua.

 

 

 

 

 

 

Sumber : liputan6.com
Gambar : Okezone

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *