Masih Pagi, Rupiah Dilibas Dolar Australia 1% Lebih, Kenapa?

Nilai tukar dolar Australia menguat tajam melawan rupiah pada perdagangan Senin (13/7/2020) pagi, setelah membukukan pelemahan pada pekan lalu.

Baik dolar Australia maupun rupiah sama-sama sedang dihantui kenaikan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19), tetapi efek negatifnya lebih besar ke rupiah. Maklum saja, sebagai mata uang emerging market, rupiah tentunya dianggap sebagai aset dengan risiko lebih besar ketimbang dolar Australia.

Berdasarkan data Refinitiv, pagi ini dolar Australia melesat 1,14% ke Rp 10.091,11/AU$. Penguatan tersebut terpangkas lumayan banyak, pada pukul 10.28 WIB berada di level Rp 10.022,86/AU$, menguat 0,46% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Australia kini mengalami serangan virus corona gelombang kedua. Kota Melbourne di Negara Bagian Victoria menjadi hotspot, dan pada pekan lalu sudah resmi dikarantina (lockdown).

Pada Jumat 10 Juli lalu, jumlah kasus di Australia bertambah sebanyak 300 orang, menjadi yang tertinggi sejak 1 April lalu. Negara Bagian Victoria tetap menjadi penyumbang kasus terbanyak. Dalam 2 hari terakhir, penambahan jumlah kasus lebih rendah, tetapi masih tetap 3 digit.

Berdasarkan data Worldometer, total kasus di Australia hingga saat ini sebanyak 9.980 orang, tetapi sebanyak 7.768 orang sembuh, sementara korban meninggal sebanyak 108 orang. Artinya jumlah kasus aktif di Negeri Kanguru saat ini sebanyak 2.104 orang.

Sementara itu di Indonesia, jumlah kasus juga terus menanjak. Jumlah pasien positif Covid-19 kini 75.699 orang, Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak di ASEAN.

Pada Jumat lalu, Juru Bicara Pemerintah khusus Covid-19, Achmad Yurianto, kemarin mengungkapkan bahwa ada penambahan 2.657 kasus baru. Penambahan tersebut menjadi rekor terbanyak sejak awal Indonesia terjangkit di bulan Maret.

Penambahan kasus Covid-19 di Indonesia masih dalam tren menanjak yang membuat pelaku pasar mulai berhati-hati, karena dapat mengganggu pemulihan ekonomi. Apalagi, Jakarta mencatat rekor penambahan kasus per hari sebanyak 404 orang kemarin.

Gubernur DKI Jakarta, Aneis Baswedan memperingatkan adanya kemungkinan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kembali diterapkan jika jumlah kasus terus meningkat.

“Hari ini adalah yang tertinggi sejak kita menangani kasus di Jakarta ada 404 kasus baru,” kata Anies pada video ’12 Jul 2020 Gub Anies Baswedan Update Perkembangan Penanganan Covid-19′ di akun YouTube Pemprov DKI Jakarta, Minggu (12/7/2020).

“Jadi saya ingin mengingatkan kepada semua warga Jakarta harus ekstra hati-hati. Jangan anggap enteng. Jangan merasa kita sudah bebas dari COVID-19. Karena nanti kalau kondisi ini berlangsung terus, bukan tidak mungkin kita akan kembali ke situasi sebelum ini (PSBB). Karena itulah saya ingin menyampaikan kepada semuanya, ada titik-titik yang harus diwaspadai,” katanya.

Jika sampai PSBB kembali diterapkan, tentunya perekonomian Indonesia akan kembali terpukul, “hantu” resesi pun makin bergentayangan.

Alhasil, rupiah pun tertekan melawan dolar Australia.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *