Industri Olahraga Indonesia Ikat Pinggang di The New Normal

Industri olahraga Indonesia harus ikat pinggang untuk melanjutkan kompetisi sisa musim di masa The New Normal atau normal baru demi mencegah penyebaran pandemi virus corona.

Demikian diutarakan pengamat olahraga nasional, Tommy Apriantono, merespons masa depan olahraga Indonesia di masa normal baru.

Sedikitnya ada tiga kompetisi olahraga yang terpaksa berhenti sementara akibat wabah Covid-19. Kompetisi sepak bola Liga 1 2020, Indonesia Basketball League (IBL), dan kompetisi voli Proliga. Selain itu, turnamen bulutangkis Indonesia Open, juga mengalami penundaan.

Kesuksesan UFC dan Bundesliga Jerman dengan menggelar pertandingan di masa pandemi Covid-19 diyakini bakal dicontoh negara-negara lainnya, termasuk Indonesia.

“Industri olahraga di Indonesia masih bisa berjalan, tapi pasti berat. Paling berat jika kompetisi tetap digelar tanpa penonton,” kata Tommy kepada CNNIndonesia.com.

Sepak bola misalnya. Kebijakan 25 persen gaji yang harus dibayarkan kepada pemain ketika kompetisi dihentikan dirasa cukup berat buat klub. Terlebih, sponsor maupun pendapatan dari hak komersial dibayarkan bertahap.

Contoh lainnya adalah Proliga yang klub-klub pesertanya didominasi BUMN. Anggaran BUMN tahun ini, kata Tommy, pastinya fokus untuk penanganan serta pemulihan Covid-19.

Menurut Tommy, tidak mungkin tim voli seperti PLN, BNI, dan BJB akan memberikan anggaran yang sama dengan kondisi normal. Klub juga hampir pasti tak bisa mendapat pemasukan dari tiket penonton.

“Kalau IBL atau Proliga yang sistemnya bukan kompetisi penuh memungkinkan untuk dibuat efisien dengan mengurangi jumlah seri pertandingan. Sedangkan sepak bola yang kompetisi penuh tidak mungkin dikurang, paling diganti jadi turnamen. Kalau jumlah hadiah juga tidak terlalu besar, karena kompetisi di sini bukan mengejar hadiah, tapi bagaimana penonton ramai, mencari popularitas sehingga sponsor mau ikut,” ujarnya.

Operator kompetisi disebut Tommy bakal lebih dulu menghitung ulang anggaran yang dibutuhkan sambil menyesuaikan jadwal sebagai bentuk penyesuaian dan efektivitas bujet di tengah kondisi The New Normal.

Pengurangan anggaran diharapkan jangan sampai merusak pendapatan atlet. Harus ada kesepakatan dari pemain dan klub jika pengurangan gaji menjadi opsi tak terhindarkan.

IBL Hapus Dua Seri

Direktur Utama IBL, Junas Miradiarsyah, memutuskan untuk menghapus dua seri tersisa musim ini dan langsung menuju babak playoff. Namun, kompetisi akan kembali bergulir setelah mendapat lampu hijau dari pemerintah.

“Kami sudah buat rencana untuk tidak melanjutkan seri regular dan langsung ke playoff mulai September dan selesai di Oktober. Di babak playoff juga ada perbedaan dengan jumlah game yang lebih banyak,” ucap Junas.

IBL juga mengantisipasi segala kemungkinan teknis yang bakal terjadi selama The New Normal. Seperti misalnya membuat skenario lokasi penyelenggaraan di lokasi aman dengan menerapkan protokol kesehatan standar tinggi.

Termasuk skenario jika pemerintah menginstruksikan digelar tanpa penonton. IBL bakal membahas lebih lanjut secara teknis kondisi tersebut dengan klub peserta dan sponsor untuk mencari solusi dan konsekuensi lainnya.

“Industri olahraga ini pasti akan fight. Kondisinya memukul tapi tidak ada alasan untuk menyerah apalagi basket yang saat ini sedang berkembang. Olahraga tidak hanya sekadar kompetisi, tapi juga hiburan. Kami realistis dengan segala penyesuaian,” sebutnya.

Proliga Belum Ada Wacana

Sementara itu Wakil Direktur Proliga, Regi Nelwan mengatakan sampai saat ini belum ada wacana membahas musim baru kompetisi bola voli Indonesia. Pengurus Besar Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PB PBVSI) menghentikan total gelaran Proliga setelah BNPB menetapkan status darurat bencana corona pada Maret lalu.

Proliga berhenti total ketika babak penyisihan selesai digelar. Namun, babak final four dan grand final tidak dilanjutkan dengan alasan force majeure.

Pembahasan internal disebut Regi kemungkinan baru akan dilakukan antara Agustus sampai September mendatang. Ia juga belum bisa berandai-andai terkait rencana bergulirnya Proliga 2021 dalam kondisi The New Normal.

“Kalau harus tanpa penonton pasti akan bawa pengaruh, tanpa sponsor juga tidak mungkin. Kami tidak bisa berandai-andai. Kami harus diskusi dulu dengan tim, setelah ada kesepakatan baru kami bicara dengan sponsor soal kelanjutannya. Pasti bakal ada penyesuaian selama vaksin belum ditemukan ya,” terang Regi.

Tunggu Arahan BWF

Panitia penyelenggara Indonesia Open 2020 juga masih menunggu jadwal dan arahan dari Badminton World Federation (BWF).

Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) sebelumnya telah menunda Indonesia Open 2020 yang seharusnya digelar 16-21 Juli. PBSI juga telah mengajukan jadwal baru penyelenggaraan ke BWF menjadi September mendatang.

“Kami minta dimundurkan ke September, tapi sampai sekarang belum dijawab BWF. Dalam suratnya, BWF mengatakan kepada kami untuk menunggu jadwal keseluruhan yang akan dikeluarkan dalam waktu dekat,” kata Achmad Budiharto, Ketua Panitia Penyelenggara Indonesia Open 2020.

Budi menambahkan terkait tata cara penyelenggaraan nantinya akan melihat situasi terkini. Secara teknis, penyelenggara juga bakal mengikuti arahan dari BWF terkait pelaksanaannya.

“Kami harus lihat situasinya seperti apa. Situasi di Indonesia dan secara umum di dunia karena ini menyangkut atlet dan ofisial dari negara lain. Bagaimana regulasi dari pemerintah, bisa jadi nanti seperti Filipina boleh ada event tapi tidak ada penonton. Kalau sekarang kami masih blank [kosong],” ungkap Budi.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *