Lockdown Mau Dilonggarkan, Kurs Dolar Singapura Melesat 1,45%

Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin (5/4/2020) setelah melemah tajam sepanjang bulan April. Pemerintah Singapura yang berencana melonggarkan kebijakan “semi-lockdown” atau istilah disana “circuit breaker” membuat mata uangnya menjadi perkasa.

Pada pukul 10:08 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.622,84, dolar Singapura menguat 1,45% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Sepanjang bulan April, dolar Singapura ambles lebih dari 8% ke Rp 10.503,76/SG$, dan berada di level terlemah sejak 19 Maret, akibat lonjakan kasus penyakit virus corona (Covid-19) yang memaksa pemerintahnya menerapkan kebijakan “circuit breaker”.

Singapura merupakan salah satu negara yang terpapar Covid-19 sejak awal kemunculannya, bahkan sempat menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China. Tetapi, Singapura mampu meredam penyebarannya, hingga pertengahan Maret total jumlah kasus sekitar 200-an orang.

Namun setelahnya, Negeri Merlion menghadapi “serangan” virus corona gelombang kedua. Sebabnya, warga negara Singapura yang tinggal di Eropa maupun Amerika Serikat (AS) “mudik” setelah Eropa kemudian AS menjadi episentrum penyebaran COVID-19.

Dampaknya, Singapura mengalami lonjakan kasus, hingga saat ini sudah lebih dari 18.000 orang, meroket dibandingkan pertengahan Maret lalu yang total kasusnya hanya 200-an.

Perdana Menteri Lee Hsien Loong sudah memperpanjang kebijakan “circuit breaker” sejak awal April lalu guna meredam penyebaran Covid-19. Seharusnya kebijakan tersebut berakhir 4 Mei, tetapi pada pekan lalu dinyatakan diperpanjang hingga 1 Juni.

Namun, kini pemerintah Singapura berencana untuk melonggarkan “circuit breaker” setelah laju penambahan kasus Covid-19 mulai melandai.

Pada 12 Mei, pemerintah Negeri Singa akan mulai membuka sebagian aktivitas di sektor industri manufaktur seperti biofarmasi dan petrokimia. Saat ini, hanya sekitar 17% pekerja di Singapura yang boleh beraktivitas di luar rumah.

“Kami belum bisa membuka tempat-tempat hiburan. Sebagai awalan, kami akan fokus ke sektor manufaktur dan peningkatan produksi,” ungkap Chan Chun Sing, Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, seperti dikutip dari Reuters.

Pelonggaran tersebut tentu menjadi kabar bagus, roda perekonomian mulai berputar kembali dan perlahan bisa bangkit.

Sementara itu, penguatan tajam rupiah sepanjang bulan April tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat nilainya melemah. Apalagi sentimen pelaku pasar saat ini kembali memburuk akibat risiko terjadinya babak baru perang dagang AS-China.

Presiden AS, Donald Trump, pada Jumat waktu setempat mengatakan bisa saja mengenakan bea masuk impor akibat cara penanganan virus corona yang dilakukan China sehingga menjadi pandemi global.

Hal ini dikatakan Trump dalam konferensi pers dengan wartawan di Gedung Putih, Kamis (30/4/2020) waktu setempat. “Bisa saja melakukan sesuatu dengan tarif,” katanya sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (1/5/2020).

Selain itu, Trump juga menuduh virus corona berasal dari Institut Virologi Wuhan, sebuah laboratorium di China. Bahkan ia mengatakan memiliki kepercayaan sangat tinggi.

“Ya, ya saya lihat [bukti],” katanya. “Saya tidak bisa memberi tahu Anda tentang ini. Saya tidak diizinkan memberi tahu kepada Anda [wartawan] soal ini.”

Memburuknya sentimen pelaku pasar terlihat dari rontoknya bursa saham di hari Jumat, dan kemungkinan berpengaruh juga di awal pekan ini. Pasar keuangan Indonesia libur Hari Buruh pada Jumat (1/5/2020) pekan lalu, sehingga baru akan merespon pada hari ini.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : DDTCNews

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *