Khawatir Lockdown Dibuka, Emas Antam Turun ke Rp914 Ribu

Harga jual emas PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam berada di posisi Rp914 ribu per gram pada Senin (4/5) atau turun Rp2.000 dari Rp916 ribu per gram pada Minggu (3/5). Harga pembelian kembali (buyback) turun Rp4.000 per gram dari Rp817 ribu menjadi Rp813 ribu per gram pada hari ini.

Berdasarkan data Antam, harga jual emas berukuran 0,5 gram senilai Rp482,5 ribu, 2 gram Rp1,78 juta, 3 gram Rp2,65 juta, 5 gram Rp4,4 juta, 10 gram Rp8,73 juta, 25 gram Rp21,73 juta, dan 50 gram Rp43,38 juta.

Kemudian, harga emas berukuran 100 gram senilai Rp86,7 juta, 250 gram Rp216,5 juta, 500 gram Rp432,8 juta, dan 1 kilogram Rp865,6 juta.

Harga jual emas tersebut sudah termasuk Pajak Penghasilan (PPh) 22 atas emas batangan sebesar 0,45 persen bagi pemegang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Bagi pembeli yang tidak menyertakan NPWP memperoleh potongan pajak lebih tinggi sebesar 0,9 persen.

Sementara harga emas di perdagangan internasional berdasarkan acuan pasar Commodity Exchange COMEX berada di posisi US$1.707,9 per troy ons atau naik 0,29 persen. Sedangkan harga emas di perdagangan spot terkoreksi 0,01 persen ke US$1.700,19 per troy ons pada pagi ini.

Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan pergerakan harga emas di pasar internasional bisa sedikit menguat berkat sentimen kekhawatiran pelaku pasar. Proyeksinya, harga emas berpotensi bergerak di atas US$1.680 sampai US$1.720 per troy ons pada hari ini.

Ia mengatakan sentimen kekhawatiran muncul dari pelaku pasar karena pelonggaran penutupan akses wilayah (lockdown) di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. Semula, lockdown diharapkan bisa menggairahkan lagi ekonomi, namun kini justru berbalik jadi mengkhawatirkan bisa memicu kasus positif virus corona atau Covid-19.

“Sentimen negatif kelihatan membayangi pergerakan pasar keuangan hari ini. Sentimen negatif ini mungkin bisa menyangga harga emas,” kata Ariston kepada CNNIndonesia.com, Senin (4/5).

Di sisi lain, pelaku pasar khawatir provokasi AS kepada China soal virus corona justru memicu perang baru diantara kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Hal ini dikhawatirkan mengulang cerita perang dagang keduanya dalam beberapa tahun terakhir.

“Pasar juga mengantisipasi buruknya data-data ekonomi di AS dan di negara-negara pandemi lainnnya yang akan dirilis pekan ini,” imbuhnya.

Misalnya, data ketenagakerjaan, indeks aktivitas sektor jasa dan manufaktur, neraca perdagangan, hingga pertumbuhan ekonomi.

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Investor Daily

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *