Dolar AS Menguat di Tengah Bayangan Resesi Global

Kurs dolar Amerika Serikat (USD) menguat terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis WIB). Kondisi itu terjadi dengan pasar bersiap untuk menghadapi salah satu kontraksi ekonomi terburuk dalam beberapa dekade saat dunia menghadapi pandemi virus korona.

Mengutip Antara, Kamis, 2 April 2020, greenback, mata uang cadangan global terkemuka di dunia, menguat terhadap euro, poundsterling, dan sebagian besar mata uang utama lainnya ketika penjualan saham-saham global menyoroti meningkatnya risiko dari pandemi yang telah menunjukkan sedikit tanda berkurang.

“Dolar bekerja dengan baik dalam resesi global. Kami pikir virus ini akan menyebabkan resesi global sehingga dolar akan baik-baik saja,” kata Kepala Mata Uang BNP Asset Management Momtchil Pojarliev, di New York.

Pasar ketakutan setelah konferensi pers dari Presiden AS Donald Trump, di mana ia memperingatkan warga Amerika akan menghadapi kondisi menyakitkan selama dua minggu ke depan dalam memerangi virus korona, dengan upaya menjaga jarak sosial (social distancing) yang lebih ketat.

Koordinator virus korona Gedung Putih, Deborah Birx, memperlihatkan grafik yang menunjukkan data dan pemodelan yang menunjukkan lompatan besar angka kematian ke kisaran 100 ribu hingga 240 ribu orang dari virus dalam beberapa bulan mendatang. Dalam perdagangan sore, indeks dolar AS menguat 0,5 persen pada 99,528.

Para analis mengatakan tindakan terkoordinasi oleh bank-bank sentral untuk meningkatkan pasokan dolar telah membantu menenangkan volatilitas ekstrem, tetapi pasar uang masih perlu waktu untuk menyelesaikannya.

Data AS yang menunjukkan pekerjaan sektor swasta yang hilang untuk Maret jauh lebih rendah dari yang diperkirakan, tidak benar-benar mengubah sentimen, karena survei dilakukan pada pertengahan Maret dan tidak menangkap dampak penuh dari virus korona.

Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP menunjukkan penggajian (payrolls) sektor swasta turun 27 ribu pekerjaan bulan lalu, penurunan pertama sejak September 2017, dibandingkan dengan perkiraan 150 ribu kehilangan pekerjaan.

Sepotong data lain menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur AS mengalami kontraksi kurang dari yang diperkirakan pada Maret. Tetapi gangguan yang disebabkan oleh pandemi virus korona mendorong pesanan baru yang diterima oleh pabrik-pabrik ke level terendah 11 tahun, memperkuat pandangan ekonom bahwa ekonomi sedang dalam resesi.

Artur Baluszynski, kepala penelitian di Henderson Rowe, mengatakan dia memperkirakan indeks pesanan baru akan mulai masuk ke indeks utama bulan depan. “Dengan hampir setiap segmen ekonomi global ditutup satu demi satu, pertama karena pasokan dan sekarang karena guncangan permintaan, angka-angka ini akan menjadi lebih buruk dan lebih buruk,” tambahnya.

Euro, sementara itu, turun 0,8 persen terhadap dolar, menjadi 1,0947 dolar. Sejumlah mata uang -termasuk dolar Australia, Selandia Baru, dan Kanada, bersama dengan rand Afrika Selatan- jatuh sekitar satu persen terhadap greenback. Sterling bernasib sedikit lebih baik, sedikit berubah terakhir di 1,2405 dolar.

 

 

 

Sumber : medcom.id
Gambar : JawaPos.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *