Dolar AS Gilas Yen dan Franc

Kurs dolar AS membukukan kenaikan tajam terhadap yen Jepang dan franc Swiss pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB), rebound dari kerugian besar hari sebelumnya. Hal itu karena investor berharap pembuat kebijakan moneter global akan meluncurkan rencana stimulus lanjutan untuk mengurangi dampak ekonomi dari wabah virus korona.

Pasar saham AS juga rebound dan imbal hasil obligasi Pemerintah AS naik di seluruh indeks, karena pasar mengantisipasi konferensi pers oleh Presiden AS Donald Trump mengenai langkah-langkah ekonomi dalam menanggapi virus. Juga, indikasi upaya stimulus lebih lanjut oleh beberapa pemerintah membantu memantapkan pasar setelah kejatuhan hari sebelumnya.

Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington, mengatakan dolar dengan hati-hati meningkat hari ini sebagian besar mencerminkan pasar yang lebih luas, yang mengantisipasi pemotongan pajak dan langkah-langkah fiskal lainnya dari Pemerintahan Trump untuk membantu meringankan pukulan ekonomi dari virus korona.

Beberapa analis mengatakan masih terlalu dini untuk memperkirakan pijakan bagi dolar, yang anjlok pada sehari sebelumnya setelah perang harga energi antara Arab Saudi dan Rusia memicu kejatuhan harian terbesar dalam harga minyak sejak Perang Teluk 1991, dan imbal hasil obligasi AS turun lebih jauh.

Mengutip Antara, Rabu, 11 Maret 2020, terhadap sejumlah mata uang utama lainnya, indeks dolar naik 0,5 persen menjadi 96,448. Dolar menguat 2,7 persen terhadap yen menjadi 105,10 yen, jauh lebih tinggi dari 101,18 yen pada Senin waktu setempat.

Yen juga jatuh terhadap euro dan dolar Australia, setelah pejabat bank sentral Jepang (BoJ) mengindikasikan mereka siap untuk meningkatkan stimulus jika perlu, sebelum pertemuan kebijakan minggu depan. Euro jatuh 1,4 persen versus dolar menjadi 1,1292 dolar per euro, turun dari 1,1495 dolar sehari sebelumnya, yang terkuat sejak awal Januari.

Dolar juga menguat 1,5 persen terhadap franc Swiss menjadi 0,9388 franc, pulih setelah tiga hari dilanda penjualan besar mendorongnya ke level terendah dalam hampir lima tahun. Data menunjukkan bank sentral Swiss melakukan intervensi untuk melemahkan mata uangnya.

Sementara itu, sterling Inggris turun 1,6 persen versus mata uang AS menjadi 1,2910 dolar. Volatilitas telah berlipat ganda di pasar valas dari level akhir Februari, mencapai level tertinggi sejak awal 2017, menurut satu indeks DBCVIX. Analis mengatakan volatilitas valas, yang belum melonjak ke tingkat yang sama seperti di pasar ekuitas, bisa naik lebih jauh.

Mata uang terkait komoditas yang jatuh pada Senin setelah harga minyak runtuh, sedikit pulih. Krona Norwegia menambahkan 1,3 persen terhadap euro menjadi 10,80 krona per euro, jauh dari rekor terendah tetapi masih di luar level 10,4 yang terlihat minggu lalu.

 

 

 

 

 

Sumber : medcom.id
Gambar : ANTARA News Jambi

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *