Korban Corona Korsel jadi Perhatian Dunia, Harga Minyak Jatuh

Harga minyak mentah untuk perdagangan futures (kontrak) drop seiring dengan terjadinya lonjakan jumlah kasus orang yang terinfeksi virus corona di luar China.

Pada awal perdagangan pekan ini Senin (24/2/2020), harga minyak mentah kontrak berjangka anjlok lebih dari 2,5%. Brent turun 2,85% ke level US$ 56,83/barel, sementara minyak mentah acuan Amerika yakni WTI ditransaksikan lebih rendah 2,62% ke level 51,98/barel.

Pasar komoditas masih merespons merebaknya virus corona yang awalnya berasal dari Wuhan, Provinsi Hubei, China bagian tengah. Sudah hampir dua bulan menjangkiti orang di lebih dari 25 negara virus mematikan ini tak kunjung menunjukkan tanda-tanda dapat dijinakkan.

Jumlah kasus baru yang dilaporkan memang sempat melandai. Namun secara mengejutkan pada pekan lalu, Korea Selatan melaporkan jumlah orang yang terinfeksi virus ini di negaranya bertambah dengan signifikan.

Data John Hopkins University CSSE menunjukkan sudah ada 763 kasus orang yang dinyatakan positif terinfeksi virus ini. Jumlah korban meninggal yang dilaporkan di Korea Selatan juga mencapai 7 orang.

Bahkan Samsung Electronics melaporkan pada Sabtu, kasus temuan virus corona juga dilaporkan di pabrik pembuatan ponsel pintar miliknya. Hal tersebut membuat pabrik tersebut ditutup hingga Senin ini.

Namun Samsung Electronics mengatakan bahwa pabrik tersebut hanya memproduksi sebagian kecil ponsel pintarnya, sehingga seharusnya tak berdampak signifikan terhadap total produksi.

Lonjakan jumlah kasus tak hanya terjadi di Korea Selatan saja. Di Eropa, Italia juga melaporkan terjadinya lonjakan jumlah kasus orang yang positif terinfeksi virus yang kini bernama COVID-19 ini.

Jumlah kasus orang yang terinfeksi virus corona di Italia saat ini jumlanya mencapai 157 kasus. Virus mematikan ini telah merenggut nyawa tiga orang Italia berdasarkan data John Hopkins University CSSE.

Pasar energi terutama minyak dibuat cemas dengan lonjakan kasus yang dilaporkan di luar China. Hal yang ditakutkan adalah wabah ini akan menjadi pandemi. Walau jumlah kasus paling banyak dilaporkan di China, tetapi lonjakan kasus di Korea Selatan dan Italia telah membuat khawatir permintaan minyak global juga akan ikut terpangkas.

Karantina puluhan kota di China dan pembatasan akses transportasi umum seperti pesawat terbang membuat permintaan bahan bakar China. Agensi Energi Internasional (IEA) memperkirakan pada kuartal pertama permintaan minyak China berpotensi terkontraksi 435.000 barel per hari (bpd).

China merupakan negara konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia sekaligus importir terbesar di dunia. Menurut data Index Mundi, konsumsi minyak mentah China mencapai 10 juta bpd, berada di posisi kedua di bawah AS. Jadi wajar saja, musibah yang terjadi di China saat ini menjadi sentimen yang menggerakkan harga si emas hitam.

Virus corona memang jadi sentimen negatif untuk komoditas minyak mentah ditinjau dari potensi penurunan permintaan. Dari sisi pasokan, kini harga minyak masih menanti apakah organisasi negara pengekspor minyak beserta aliansinya (OPEC+) akan kembali memangkas produksi minyaknya lebih dalam.

Pada awal Februari, Join Technical Committee (JTC) selaku penasihat OPEC+ merekomendasikan organisasi untuk memangkas produksi minyaknya lebih dalam sebanyak 600.000 bpd.

Keputusan apakah langkah tersebut akan diambil oleh organisasi atau tidak menunggu pertemuan para menteri dari negara anggota OPEC+ pada awal Maret nanti. Namun yang pasti hingga Maret nanti OPEC+ masih terikat komitmen untuk memangkas produksi minyaknya sebesar 1,7 juta bpd.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Inilah.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *