Harga Minyak Anjlok Gara-gara Virus Corona

Harga minyak mentah kontrak pagi ini ditransaksikan melemah. Merebaknya virus korona di berbagai negara menjadi pemicu pelemahan harga minyak mentah.

Kamis (22/1/2020), harga si emas hitam terkoreksi lebih dari 1% dibanding posisi penutupan perdagangan Rabu kemarin. Brent turun 1,11% ke level US$ 62,41/barel, sementara WTI terkoreksi lebih dalam 1,37% ke level US$ 60,07/barel.

Pasar minyak mentah masih mengkhawatirkan adanya virus korona yang telah menjangkiti beberapa negara. Virus yang masih sejenis dengan SARS ini dilaporkan pertama kali di Wuhan, China. Awal mulanya di kota yang berpenghuni 11 juta jiwa itu melaporkan ada 59 orang yang sakit secara misterius.

Kini virus ini sudah menjelajah ke berbagai penjuru dunia. Tak hanya China saja, virus ini juga sudah menjangkiti beberapa negara lain seperti Hong Kong, Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Thailand hingga Amerika Serikat (AS). Semua melibatkan turis China asal Wuhan.

Kabar teranyar, sudah ada 540 kasus dan 17 orang terenggut jiwanya akibat virus ini. Saat ini pemerintah China tengah berupaya untuk mencegah virus ini terus menyebar.

Langkah yang diambil adalah membatasi akses transportasi mulai dari bus, kereta hingga pesawat terbang hingga kapal laut mulai 23 Januari pukul 10.00 waktu setempat. Masyarakat dihimbau untuk tak bepergian ke luar jika tak ada urusan yang mendesak.

Wabah merebak di saat mendekati tahun baru China yang biasanya ditandai dengan peak season untuk para pelancong. Akibat upaya penanganan virus yang melibatkan larangan bepergian, kebutuhan akan minyak mentah pun jadi turun.

“Jika virus terus menyebar secara dramatis maka permintaan minyak mentah dapat turun 260.000 barel per hari (bpd)” kata Goldman Sachs dalam sebuah catatan, seperti dikabarkan Reuters.

Potensi penurunan permintaan minyak akibat virus korona ini diperkirakan mampu mengimbangi blokade sumber minyak di Libya yang membuat produksi minyak negara itu turun menjadi 72.000 bpd.

Faktor lain yang juga membuat harga minyak terkoreksi adalah pasar yang masih diliputi oleh kekhawatiran oversupply. Kepala Agensi Energi Internasional (IEA) Fatih Birol memperkirakan hingga semester I 2020 akan ada surplus pasokan minyak 1 juta bpd.

“Harga minyak masih diliputi oleh kekhawatiran oversupply karena Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman tak memberikan tanda-tanda bahwa OPEC+ akan melanjutkan pemangkasan produksi minyak lebih dari Maret” kata Edward Moya, Senior Market Analyst di OANDA New York.

Sebagai catatan, awal bulan lalu organisasi negara pengekspor minyak dan koleganya yang tergabung dalam OPEC+ melakukan pertemuan dan menghasilkan keputusan untuk memangkas produksi minyak lebih dalam dari sebelumnya. OPEC+ mulai awal Januari akan memangkas produksi minyak 1,7 juta bpd dari sebelumnya 1,2 juta bpd.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Ayooberita.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *