Jenderal Iran Tewas Dibom Saat Turun dari Pesawat di Irak

Seorang perwira tinggi Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Qassim Soleimani, dilaporkan meninggal akibat serangan udara yang terjadi di Bandara Internasional Irak, Jumat (3/1). Dia merupakan komandan korps pasukan elite Iran, Pasukan Quds, yang juga pernah bertempur di Aleppo, Suriah.

Seperti dilansir Associated Press, peristiwa itu terjadi ketika Soleimani baru turun dari pesawat di bandara. Seketika posisinya dibombardir.

Jasad Soleimani hanya dikenali dari cincin yang digunakannya. Dalam insiden tersebut, wakil komandan milisi Syiah Irak (PMF), Abu Mahdi al-Muhandis, turut meninggal.

Selain itu, petinggi milisi Kataib Hizbullah dan seorang petugas protokoler bandara Irak, Mohammed Reda, juga tewas dalam kejadian tersebut.

PMF menuduh Amerika Serikat adalah dalang di balik serangan tersebut. Namun, sampai saat ini AS belum memberikan pernyataan.

Soleimani pernah beberapa kali dilaporkan meninggal. Yakni saat kecelakaan pesawat pada 2006 di barat laut Iran, ledakan bom di Damaskus, Suriah pada 2012, dan terakhir dalam pertempuran melawan pemberontak di Aleppo, Suriah pada November 2015.

Serangan ini terjadi dua hari setelah milisi Syiah Irak dan simpatisannya menyerbu kedutaan besar Amerika Serikat di Baghdad. Insiden itu terjadi setelah AS membombardir markas Kataib Hizbullah pada akhir pekan lalu hingga menewaskan 25 orang.

Penyebabnya adalah AS menganggap Kataib Hizbullah menyerang markas pasukan AS dengan roket beberapa waktu lalu, dan menyebabkan anggota mereka terluka dan ada korban meninggal.

Menteri Pertahanan AS, Mark Esper, menyatakan sudah memutuskan mengirim pasukan tambahan untuk menjaga kedutaan AS di Irak usai insiden tersebut. Dia juga menyatakan sudah menerima informasi akan terjadi serangan susulan terhadap seluruh warga AS di Irak maupun di Timur Tengah.

“Permainan telah berubah,” kata Esper.

Kejadian ini kemungkinan akan semakin mempertajam pertikaian antara AS dan Iran. Penyebabnya adalah AS memutuskan menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 (Joint Comprehensive Plan Of Action) dan kembali menjatuhkan serangkaian sanksi kepada Iran.

Alasannya adalah terus melanjutkan proyek pengembangan rudal dan diduga terlibat dalam sejumlah peperangan, seperti Suriah dan Yaman.

Bahkan AS memasukkan korps prajurit elite Iran, Korps Garda Revolusi (IRGC), ke dalam daftar teroris. Iran yang mempunyai sejumlah sekutu milisi di Timur Tengah diduga menargetkan pasukan AS yang berada di Irak sebagai aksi balasan.

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : cnnindonesia.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *