China Pesimistis Soal Kesepakatan Dagang, Dolar AS Terbebani

Indeks dolar Amerika Serikat (AS) terpantau bergerak tipis di zona hijau pada perdagangan pagi ini, Selasa (19/11/2019), di tengah kekhawatiran mengenai tercapainya kesepakatan perdagangan awal antara pemerintah AS dan China.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia, naik tipis 0,060 poin atau 0,06 persen ke level 97,854 pada pukul 08.08 WIB dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Senin, indeks dolar melemah 0,21 persen atau 0,205 poin dan berakhir di level 97,794, penurunan hari perdagangan ketiga beruntun sejak Kamis (14/11).

Dolar AS masih tampak rentan terkoreksi setelah CNBC melaporkan bahwa China merasa pesimistis soal mencapai kesepakatan perdagangan dengan pemerintah Amerika Serikat.

Sebelumnya, ada ekspektasi tinggi bahwa pemerintah AS dan China akan menandatangani kesepakatan perdagangan “fase satu” pada bulan ini guna mengurangi tensi perang dagang yang telah berlangsung antara kedua negara selama 16 bulan terakhir.

Namun, laporan CNBC menunjukkan resolusi untuk risiko terbesar bagi ekonomi global ini masih sulit dicapai.

Tarif yang dikenakan satu sama lain telah memperlambat perdagangan global dan meningkatkan risiko resesi untuk beberapa negara. Banyak ekonom mengatakan hambatan pada pertumbuhan global akan bertahan selama tarif tetap diberlakukan.

Di tengah kekhawatiran terkait perkembangan ini, nilai tukar yen Jepang, yang bersifat sebagai safe haven di tengah ketidakpastian geopolitik, terpantau menguat 0,14 persen terhadap dolar AS ke level 108,53 yen pada pukul 08.18 WIB.

“Dolar AS mencoba untuk menguat menembus level 109 yen, tetapi tidak bisa karena kekhawatiran tentang kesepakatan perdagangan,” ujar Junichi Ishikawa, pakar strategi forex di IG Securities.

“Pasar obligasi mulai merefleksikan kekhawatiran serupa tentang kurangnya kesepakatan perdagangan. Hal ini akan menjaga pergerakan dolar AS terhadap yen Jepang dalam rentang sempit,” tambah Ishikawa, seperti dikutip dari Reuters.

Pada saat yang sama, pedagang mata uang juga bersikap hati-hati atas dolar AS setelah Presiden Donald Trump bertemu Gubernur Federal Reserve AS Jerome Powell pada Senin (18/11) di tengah kritik dari Trump bahwa The Fed belum cukup menurunkan suku bunga.

Dalam sebuah pernyataan, The Fed mengatakan ekspektasi Powell untuk kebijakan di masa depan tidak dibahas dalam pertemuan itu.

Namun, bukan rahasia lagi jika selama lebih dari satu tahun Trump telah menuding The Fed merusak kebijakan ekonominya karena dipandang mempertahankan suku bunga terlalu tinggi.

 

 

 

 

 

Sumber : bisnis.com
Gambar : Tempo.co

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *