Sudah Terlalu Murah, Harga Minyak Balik Menguat

Harga minyak kembali menguat setelah menukik cukup tajam dalam sepekan kemarin.

Pada perdagangan hari Senin (27/5/2019) pukul 08:15 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak pengiriman Juli naik 0,73% ke level US$ 69,19/barel. Sementara harga light sweet (WTI) kontrak Juli juga menguat 0,2% ke posisi US$ 58,75/barel.

Mengingat sudah turun cukup dalam, sebenarnya harga minyak memang rentan menguat secara teknikal, atau biasa disebut rebound teknikal.

Hingga penutupan perdagangan Jumat (24/5/2019), harga Brent dan WTI anjlok masing-masing sebesar 4,87% dan 6,58% dalam sepekan, secara point-to-point.

Kala itu penyebabnya ada dua, pertama peningkatan stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS).

Stok minyak mentah AS untuk minggu yang berakhir pada 17 Mei 2019 melonjak hingga 4,7 juta barel, mengantarkan posisi inventori ke level 476,8 juta barel atau tertinggi sejak Juli 2017. Data tersebut diungkapkan oleh lembaga resmi pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA) pada hari Rabu (22/5/2019).

Beberapa analis mengatakan bahwa peningkatan inventori minyak AS terkait dengan aktifitas pengolahan di kilang-kilang yang lebih rendah dari biasanya, mengutip Reuters. Terutama aktifitas kilang di wilayah Midwest yang berada di level terendah sejak 2013.

Kedua adalah tensi perang dagang AS-China yang semakin menggila. Dua pekan lalu AS menaikkan bea impor produk China senilai US$ 200 miliar menjadi 25% (dari yang semula 10%). China pun tak mau ketinggalan dengan memberikan tambahan bea masuk 5%-25% pada aneka produk AS senilai US$ 60 miliar.

Namun setelahnya AS memasukkan perusahaan teknologi asal China, Huawei, ke dalam daftar hitam. Itu membuat perusahaan AS tidak bisa lagi membeli produk Huawei tanpa izin pemerintah.

Langkah tersebut membuat China meradang. Pemerintah Negeri Tirai Bambu dikabarkan tidak punya hasrat lagi untuk melanjutkan perundingan dagang dengan AS.

Bahayanya, AS sedang mengkaji dampak dari pemberlakuan tarif 25% pada produk China lain senilai US$ 300 miliar. Sebelumnya, produk-produk tersebut tidak menjadi objek perang dagang.

Peningkatan inventori yang dikombinasikan dengan perang dagang tentu bukan berita baik untuk pasar minyak mentah dunia.

Pasalnya perang dagang akan membuat rantai pasokan global terhambat dan menyebabkan perlambatan ekonomi global. Dari yang sudah lambat seperti sekarang ini. Penyerapan energi, termasuk minyak mentah juga terancam berkurang.

Kala permintaan berkurang dibarengi dengan peningkatan pasokan, tentu saja keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) akan timpang. Alhasil risiko mengoleksi emas kian membuncah. Investor pun ramai-ramai melakukan aksi jual kontrak.

Meski demikian sebenarnya pasokan minyak global masih berpotensi dijaga pada level yang ketat.

Menteri Energi Arab Saudi mengatakan bahwa Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan terus mengurangi pasokan secara bertahap pada semester II-2019. Dirinya mengungkapkan hal tersebut setelah melakukan pertemuan panelis OPEC tingkat menteri, mengutip Reuters.

Artinya peran OPEC untuk menjaga level pasokan masih ada. Bila permintaan berkurang, masih ada OPEC yang sepertinya akan semakin mengurangi pasokan untuk menyeimbangkan kondisi fundamental.

Apalagi harga minyak sudah cukup murah, membuat penguatan adalah hal yang mudah dicerna.

 

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Suara.com

 

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *