Perang Dagang Makin Hot, Investor Gencar Memburu Emas

Pergerakan harga emas masih terbatas dengan kecenderungan melemah pagi ini. Sehari sebelumnya, harga emas menguat akibat memanasnya perang dagang Amerika Serikat (AS) versus China.

Pada perdagangan Jumat (24/5/2019) pukul 09:00 WIB, harga emas kontrak pengiriman Juni di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) melemah 0,2% ke posisi US$ 1.282,8/troy ounce. Sementara harga emas di pasar spot terkoreksi terbatas 0,04% ke level US% 1.282,89/troy ounce.

Kemarin (23/5/2019), harga emas COMEX dan spot masing-masing menguat sebesar 0,88% dan 0,79%.

Faktor utama yang mendorong harga emas adalah perang dagang AS-China yang semakin menakutkan bagi pelaku pasar.

Pekan lalu, AS memberlakukan tarif baru sebesar 25% pada produk China senilai US$ 200 miliar. China membalas dengan mengumumkan kenaikan tarif sebesar 5%-25% bagi produk AS senilai US$ 60 miliar mulai 1 Juni 2019.

Namun ternyata perang dagang jilid II tidak berhenti sampai di situ.

Pemerintah AS belum lama ini memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam. Dampaknya, perusahaan AS tidak lagi dapat membeli produk-produk Huawei tanpa adanya izin dari pemerintah.

Tentu saja ini akan menyulitkan Huawei, yang notabene merupakan pabrikan perangkat dan komponen telekomunikasi terbesar di dunia.

Bahkan tidak hanya perusahaan AS saja yang memutus hubungan dengan Huawei. Perusahaan Jepang seperti Panasonic ikut mengentikan pembelian komponen biatan Huawei, sedangkan perusahaan pembuat chip asal Inggris, ARM, juga melakukan hal serupa.

China pun naik pitam. Pemerintahan yang berhaluan komunis itu dikabarkan tidak lagi memiliki hasrat untuk melanjutkan negosiasi dagang dengan AS.

“Jika AS ingin melanjutkan perundingan dagang, maka mereka harus tulus dan memperbaiki kesalahannya. Negosiasi hanya bisa berlanjut bila didasari kesamaan dan saling menghormati. Kami memantau perkembangan terkini dan siap melakukan langkah-langkah yang diperlukan,” tegas Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, mengutip Reuters.

Bahayanya, AS tengah mengkaji kenaikan tarif 25% bagi produk-produk China lain (yang sebelumnya bukan objek perang dagang) senilai US$ 300 miliar. Bila tidak ada halangan, tarif tersebut akan mulai berlaku dalam 30-45 hari ke depan.

Tentu saja bila kejadian, China juga akan membalas dengan kebijakan serupa. Perang dagang akan berkecamuk pada taraf yang belum terbayangkan.

Kondisi ketidakpastian seperti ini membuat pelaku pasar enggan masuk terlalu dalam ke instrumen-instrumen berisiko karena takut koreksi nilai aset yang masif.

Maka dari itu, emas selaku safe haven masih memiliki daya tarik bagi pelaku pasar. Maklum, dengan pergerakan harga yang relatif lebih stabil (dibanding instrumen berisiko seperti saham), potensi kerugian dapat dikurangi dengan mengoleksi emas.

Akan tetapi, pelaku pasar juga masih mencermati perkembangan ekonomi yang baik dari AS.

Jumlah klaim tunjangan pengangguran baru di Amerika Serikat (AS) untuk minggu yang berakhir pada 11 Mei 2019 secara mengejutkan dibacakan sebanyak 211.000 atau lebih rendah dibanding prediksi konsensus yang sebesar 215.000, seperti yang dilansir dari Reuters. Juga lebih sedikit dibanding klaim pekan sebelumnya yakni 212.000.

Ini menunjukkan bahwa kondisi tenaga kerja di AS masih terjaga meskipun ekonomi sedang lesu. Selain itu data ini mengindikasikan bahwa tingkat konsumsi masyarakat dapat terjaga.

Itu lah yang membuat kenaikan harga emas tertahan pada pagi hari ini.

 

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Tribunnews.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *