Progres Perang Dagang Bikin Euro dan Poundsterling Menguat

Mata uang euro menguat terhadap dolar AS karena harapan kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Sementara, poundsterling menguat karena Parlemen Inggris menyetujui payung hukum penundaan hengkang dari Uni Eropa (brexit).

Mengutip Reuters, Kamis (4/4), euro menguat 0,1 persen terhadap dolar AS menjadi US$1,1246. Euro sempat jatuh ke level terendahnya dalam tiga pekan terakhir pada Minggu dan Selasa kemarin, yakni di posisi US$1,1177.

Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan pembicaraan perdagangan antara AS dan China memberi kemajuan. China, menurutnya, telah memahami duduk perkara yang kerap diributkan AS selama bertahun-tahun, yaitu pencurian hak kekayaan intelektual dan lain sebagainya.

Sementara itu, mata uang poundsterling menanjak ketika Perdana Menteri Theresa May mencari kompromi atas keputusan brexit dengan pemimpin oposisi Jeremy Corbyn. Hal lainnya, Parlemen Inggris menyetujui undang-undang yang memaksa May menunda brexit yang tadinya disepakati dilakukan pada 12 April 2019.

Poundsterling bertengger di posisi US$1,3180 atau naik 0,2 persen ketika pengumuman itu dikumandangkan. “Data ekonomi China yang membaik dan kemajuan pembicaraan perdagangan AS-China berada di balik sentimen ini,” ujar Kyosuke Suzuki, Direktur Valas Societe Generale.

Persoalannya saat ini, sambung dia, pasar sudah memprediksi bahwa kesepakatan dagang antara AS dengan China akan tercapai. “Jadi, pertanyaannya sekarang, seberapa jauh mata uang ini dapat bergerak,” imbuhnya.

Di sisi lain, data ekonomi AS jatuh jauh dari ekspektasi pasar. Hal ini menghambat laju dolar AS. Diketahui bahwa aktivitas sektor jasa AS mencapai level terendahnya lebih dari 19 bulan terakhir dan gaji swasta tumbuh lebih lambat. Hal ini tak mendukung langkah The Fed, bank sentral AS, yang telah menunda kenaikan suku bunga acuan tahun ini.

Tak cuma itu, AS juga mencatat optimisme terhadap ekonominya semakin memudar, termasuk terhadap penjualan ritel kendaraan bermotor dan manufaktur. Investor pun disebut-sebut mulai khawatir dengan perlambatan tajam dalam pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal pertama ini.

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Republika

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *