Pound Menguat Saat Brexit Kacau, BOE: Jangan Senang Dulu

Gubernur Bank of England (BOE) Mark Carney mengatakan besarnya defisit transaksi berjalan (current account deficit/ CAD) Inggris menjadi risiko besar bagi negara itu jelang Brexit.

Selain itu, ia mengatakan jangan merasa tenang dulu dengan penguatan poundsterling setelah ditolaknya rencana Brexit Perdana Menteri Theresa May di parlemen.

Investor asing di berbagai aset spekulatif selama ini telah membantu menambal defisit neraca pembayaran tahun lalu, dan ketergantungan tersebut akan membuat Inggris rentan saat ketidakpastian terkait Brexit masih membayangi.

Carney dan rekannya di bank sentral, Alex Brazier, memberikan keterangan di hadapan parlemen Inggris, Rabu (16/1/2019), sehari setelah May kalah telak dalam pemungutan suara Brexit.

“Kita bergantung pada kebaikan hati investor asing ini,” kata Brazier. Ia menyatakan 60% arus masuk modal asing datang dari investasi di bidang properti komersial Inggris dan utang yang diterbitkan perusahaan-perusahaan yang telah memiliki tingkat utang yang tinggi.

Dalam laporannya di November, bank sentral Inggris tersebut menyatakan skenario Brexit yang tanpa perjanjian dapat membuat poundsterling jatuh hingga nilainya hampir sama dengan dolar Amerika Serikat (AS) dan menyebabkan inflasi mencapai 6,5% serta anjloknya harga rumah hingga 30%, dilansir dari Reuters.

Kamis pagi, pound masih berada di US$1,2881.

Carney mengatakan penguatan pound setelah kekalahan May menunjukkan investor saat ini melihat risiko Brexit no dela mengecil atau bahkan proses Brexit diperpanjang.

“Saya tidak memberikan pandangan saya, saya memberikan pandangan awal pasar,” kata Carney kepada anggota parlemen.

“Saya tidak akan terlalu mengandalkan pergerakan jangka pendek ini. Pasar sedang menunggu,” tambahnya.

Pound Inggris menguat ke level tertinggi dalam hampir dua bulan terhadap euro pada hari Rabu. Terhadap dolar, pound secara umum stangnan setelah melonjak hampir satu sen segera setelah pemungutan suara Selasa.

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengalami kekalahan telak dalam pemungutan suara yang menentukan nasib perjanjian Brexit yang ia ajukan ke parlemen, Selasa (5/1/2019) malam waktu setempat.

Ia kalah dengan selisih suara hingga 230 yang disebut-sebut sebagai kekalahan terburuk dalam sejarah politik modern Inggris.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Livemint

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *