Gelar Unjuk Rasa Perubahan Iklim, Ribuan Murid Australia Bolos Sekolah

Ribuan pelajar di Australia menggelar aksi unjuk rasa untuk menuntut diakhirinya kelambanan politik dalam mengatasi perubahan iklim.

Mereka bahkan menolak seruan Perdana Menteri Ausrtalia Scott Morrison agar tetap masuk sekolah pada Jumat (30/11/2018).

Melansir ABC News, demonstrasi berlangsung di berbagai kota termasuk Melbourne, Sydney, Brisbane, Perth, Coffs Harbour, Bendigo, dan kota-kota lainnya. Para remaja itu berupaya untuk menekan pemerintahan Morrison jelang pemilu federal.

“Para politisi tidak mendengarkan saat kami mencoba menyakan dengan baik apa yang kami inginkan dan apa yang kami butuhkan,” kata seorang siswa dari Castlemaine, Harriet O’Shea Carre (14).

“Jadi sekarang kami berusaha keras dan membolos,” ucapnya. Aksi tersebut terinspirasi oleh seorang murid berusia 15 tahun asal Swedia, Greta Thunberg, yang berjanji untuk berdemo di luar parlemen di Stockholm sampai negara memenuhi komitmennya di Perjanjian Paris.

Carre bersama Milou Albrecht (14) tertarik dengan aksi Thunberg, kemudian dengan sekelompok remaja yang peduli iklim lainnya melakukan perjalanan ke kota terdekat di Bendigo. Mereka menggelar protes di luar kantor senator National, Bridget McKenzie.

“Kami harus mengorbankan pendidikan kami, yang merupakan sesuatu yang sangat kami hargai, jadi kami menunjukkan kepada mereka bahwa pada saat ini, lebih penting daripada pendidikan kami,” tutur Carre.

“Kami akan terus mendorong dan terus mencoba karena kami mencintai alam dunia,” imbuhnya. Seorang remaja perempuan berusia 16 tahun, Ruby Walker, mengatur jalannya protes di kota Inverell, setelah rencana tersebut di Facebook.

Dia juga terinspirasi oleh aktivisme murid SMA di Amerika Serikat dalam mengkritik kekerasan senjata. “Saya pikir media sosial bagian besar dari itu,” katanya, kepada BBC. “Saya merasa seperti Australia memalukan ketika menyangkut perubahan iklim,” ucapnya.

Meski demikian, aksi mereka tidak mengesankan PM Morrison. “Kami tidak mendukung gagasan anak-anak tidak pergi ke sekolah untuk berpartisipasi dalam hal-hal yang dapat ditangani di luar sekolah,” ucapnya.

“Kami tidak mendukung sekolah yang berubah menjadi parlemen. Apa yang kami inginkan adalah lebih banyak belajar di sekolah dan kurangi aktivisme di sekolah,” tutur Morrison.

 

 

 

 

Sumber :  Kompas.com
Gambar :   Fokus Jabar

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *