Korban Pembunuhan Sekeluarga di Bekasi Berprofesi Pengusaha

Sejumlah tetangga mengenal korban pembunuhan, Diperum Nainggolan (38) dan keluarganya sebagai pengusaha warung kelontong dan jasa ekspedisi produk rokok.

“Kebetulan saya sering berbincang dengan Pak Diperum, dia baru saja menambah bisnisnya dari berjualan sembako, sekarang pengantaran rokok,” kata tetangga korban, Jimmy (45) di Bekasi, Selasa.

Jimmy bertempat tinggal hanya beberapa rumah dari Tempat Kejadian Perkara (TKP) pembunuhan Diperum dan keluarganya di Jalan Bojong Nangka II, Jatirahayu, Pondokmelati, Kota Bekasi.

Korban berikut istri, Maya Boru Ambarita (37), dan dua anaknya yakni SN (9) dan AN (7) diketahui dibunuh di rumah kontrakannya.

Kasus pembunuhan itu terungkap setelah polisi mendapati adanya sejumlah luka tusukan dan benda tumpul di tubuh korban.

Peristiwa pembunuhan itu pun mengejutkan tetangga korban yang selama ini mengenal sosok keluarga Diperum sebagai tetangga yang berkepribadian baik.

“Terus terang saya kaget, sebab baru beberapa malam kemarin kami berbincang tentang bisnis barunya itu,” katanya.

Dikatakan Jimmy, korban diketahui tinggal di rumah kontrakan milik saudaranya, tepat di seberang warung kelonting tempat Diperum dan keluarga berjualan sembako.

“Korban sudah buka warung sejak 2016. Buka setiap hari mulai pukul 07.00-22.00 WIB. Sejak Juli 2018, dia mulai mengantar rokok dengan mobil box,” katanya.

Ketua RT 2 RW 5, Agus Sani, mengaku sempat mendapat laporan dari petugas Siskamling perihal sebuah mobil yang didapati melaju dalam kecepatan kencang di depan lokasi kejadian.

“Jadi petugas Siskamling katanya mutar-mutar sampai pukul 2.00 WIB, situasi aman, tidak ada temuan. Namun sempat mendeteksi sebuah mobil melaju kencang, tapi tidak jelas jenisnya karena situasi sekitar gelap,” ujarnya.

Kondisi Diperium sekeluarga diketahui kali pertama oleh saksi Feby (35) yang tinggal di kontrakan yang dikelola korban.

Saksi mengaku, pada pukul 3.30 WIB melihat gerbang rumah korban terbuka dan televisi di dalam rumahnya pun menyala.

“Sempat saya panggil, tapi tidak menyahut. Saya juga sempat telepon, tapi tidak dijawab. Akhirnya saya masuk kontrakan saja,” Feby.

Tiga jam berselang, saat akan berangkat kerja, saksi kian curiga saat mendapati situasi yang sama. Gerbang masih dalam kondisi terbuka, televisi menyala, tapi tidak ada korban atau keluarganya yang terlihat beraktivitas.

“Karena penasaran, saya coba intip lewat jendela dan terlihat mereka sudah tergeletak bersimbah darah di lantai,” ucapnya.

Saksi pun lantas memanggil tetangga lain dan menghubungi kepolisian untuk melaporkan kejadian tersebut.

 

 

 

 

 

Sumber : Okezone.com
Gambar : Tribunnews.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *